Kepulauan Karimunjawa termasuk salah satu region reef check di Indonesia yang memiliki ekosistem terumbu karang dengan biodiversitas tinggi.
Sekedar informasi, Reef check merupakan sebuah program konservasi sukarela berskala internasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarkat untuk mendedikasikan diri dalam perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang di seluruh dunia. Pada 1997, untuk pertama kalinya reef check dilaksanakan di Indonesia, yakni di Kepulauan Karimunjawa. Dan sejak tahun 1999, secara rutin setiap tahun MDC menginisiasi reef check Karimunjawa hingga saat ini.
Untuk tahun 2008, tema reef check yang diusung adalah Didedikasikan untuk Terumbu Karang Karimunjawa.
Padahal, Kepulauan Karimunjawa termasuk salah satu region reef check di Indonesia yang memiliki ekosistem terumbu karang dengan biodiversitas tinggi, termasuk 242 jenis ikan karang, berbagai jenis kima, mollusca, sponge, anemon, soft coral, cacing laut dan 16 jenis biota laut lainnya yang dilindungi.
Transek Jalur Ikan
Ada 3 jenis data yang akan diambil dan dicatat pada lembar data reef check. Yang pertama adalah transek jalur ikan (fish) yakni mensurvei spesies ikan yang menjadi sasaran nelayan, koleksi akuarium, dan lain-lain. Transek ini merupakan survei pertama yang harus dilakukan. Survei fish dilakukan 15 menit setelah pemasangan transek. Ini dilakukan agar ikan kembali ke keadaan semula setelah diganggu oleh pemasangan transek.
Pengambilan data titik dipilih karena paling kurang ambigu dan merupakan metode survei tercepat yang dapat dipelajari dengan mudah oleh penyelam rekreasi. Penyelam hanya perlu melihat rangkaian titik dimana pita transek menyentuh karang dan mencatat substrat apa yang terdapat di bawah titik tersebut.
bersambung... Sepenggal Catatan "Reef Check Karimunjawa 2008" II
Reef Check Karimunjawa 2008 |
Hari itu (1/11/2008), aku sengaja datang ke kota Semarang, Jawa Tengah, untuk mengikuti sebuah kegiatan yang bertajuk Reef Check Karimunjawa 2008. Kali ini aku ingin belajar mengenai perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang, hmmm...
Di catatan (bag.1) ini, aku cuma mau sharing sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan reef check, serta metode yang digunakan. O ya, info tentang reef check ini aku dapat dari buku saku yang menjadi pedomanku dalam mendata biota laut selama melakukan kegiatan ini di Karimunjawa.
Nah, di catatan (bag. 2), baru deh aku cerita tentang pengalamanku selama terlibat dalam kegiatan konservasi ini... pokoke seruuuuu.... ^_^
Oke deh... langsung aja yaww....
Kegiatan reef check yang aku ikuti ini mengambil lokasi di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah, dan digelar dari tanggal 31 Oktober - 06 Desember 2008. Adalah Marine Diving Club (MDC) yang menjadi pengagas acara ini. MDC itu sendiri merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bernaung di bawah jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Di catatan (bag.1) ini, aku cuma mau sharing sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan reef check, serta metode yang digunakan. O ya, info tentang reef check ini aku dapat dari buku saku yang menjadi pedomanku dalam mendata biota laut selama melakukan kegiatan ini di Karimunjawa.
Nah, di catatan (bag. 2), baru deh aku cerita tentang pengalamanku selama terlibat dalam kegiatan konservasi ini... pokoke seruuuuu.... ^_^
Oke deh... langsung aja yaww....
Kegiatan reef check yang aku ikuti ini mengambil lokasi di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah, dan digelar dari tanggal 31 Oktober - 06 Desember 2008. Adalah Marine Diving Club (MDC) yang menjadi pengagas acara ini. MDC itu sendiri merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bernaung di bawah jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Sekedar informasi, Reef check merupakan sebuah program konservasi sukarela berskala internasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarkat untuk mendedikasikan diri dalam perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang di seluruh dunia. Pada 1997, untuk pertama kalinya reef check dilaksanakan di Indonesia, yakni di Kepulauan Karimunjawa. Dan sejak tahun 1999, secara rutin setiap tahun MDC menginisiasi reef check Karimunjawa hingga saat ini.
Untuk tahun 2008, tema reef check yang diusung adalah Didedikasikan untuk Terumbu Karang Karimunjawa.
Kegiatannya meliputi:
- Pendataan terumbu karang (reef check),
- Tranplantasi karang,
- Penyelaman di bangkai kapal Indonor dan penangkaran hiu.
Kegiatan yang melibatkan diver/non diver ini salah satunya bertujuan untuk mendukung peringatan Tahun Terumbu Karang Internasional atau The International Year of the Reef (IYOR) 2008. IYOR 2008 merupakan kegiatan kampanye yang dilaksanakan di seluruh dunia untuk mempromosikan aksi-aksi konservasi dan memperkuat kegiatan jangka panjang untuk konservasi terumbu karang.
Kep. Karimunjawa dipilih sebagai tempat untuk melakukan reef check karena telah terjadi kerusakan pada ekosistem lautnya dalam beberapa dekade terakhir. Kerusakan itu disebabkan aktivitas manusia seperti penangkapan ikan dengan potassium sianida, penangkapan ikan hias, polusi sampah, perusakan terumbu akibat jangkar serta penyelaman yang dilakukan oleh wisatawan yang tidak mengindahkan aturan... :'(
Aku catet dulu yahh... ^_^
Padahal, Kepulauan Karimunjawa termasuk salah satu region reef check di Indonesia yang memiliki ekosistem terumbu karang dengan biodiversitas tinggi, termasuk 242 jenis ikan karang, berbagai jenis kima, mollusca, sponge, anemon, soft coral, cacing laut dan 16 jenis biota laut lainnya yang dilindungi.
Metode Transek
Kegiatan dimulai dengan briefing Reef Check Method Training (simulasi darat). Peserta reef check diberikan penjelasan seputar metode yang dilakukan saat reef check yakni metode transek atau dengan pita pengukur.
Pita pengukur yang digunakan terbuat dari fiberglass sepanjang 100m. Pemasangan transek akan dilakukan di kedalaman 3m (dangkal) dan 10m (menengah) berdasarkan data surut terendah. Pada setiap kedalaman, transek dibagi menjadi 4 segmen masing-masing sepanjang 20m. Keempat segmen tersebut dipisahkan oleh celah sepanjang 5m. Celah ini berfungsi agar setiap sampel dapat berdiri sendiri.
Pita pengukur yang digunakan terbuat dari fiberglass sepanjang 100m. Pemasangan transek akan dilakukan di kedalaman 3m (dangkal) dan 10m (menengah) berdasarkan data surut terendah. Pada setiap kedalaman, transek dibagi menjadi 4 segmen masing-masing sepanjang 20m. Keempat segmen tersebut dipisahkan oleh celah sepanjang 5m. Celah ini berfungsi agar setiap sampel dapat berdiri sendiri.
Transek Jalur Ikan
Ada 3 jenis data yang akan diambil dan dicatat pada lembar data reef check. Yang pertama adalah transek jalur ikan (fish) yakni mensurvei spesies ikan yang menjadi sasaran nelayan, koleksi akuarium, dan lain-lain. Transek ini merupakan survei pertama yang harus dilakukan. Survei fish dilakukan 15 menit setelah pemasangan transek. Ini dilakukan agar ikan kembali ke keadaan semula setelah diganggu oleh pemasangan transek.
Setiap penyelam yang bertugas menghitung ikan indikator harus bergerak perlahan. Penyelam berhenti setiap 5 m dan menunggu selama 3 menit untuk ikan keluar dari persembunyian sebelum melanjutkan ke titik berikutnya (ikan dihitung sepanjang transek 20m). Penting diingat bahwa jumlah ikan pada setiap 4 segmen harus dipisah. Untuk jenis ikan grouper seperti kerapu, ukuran ikan harus dicatat.
Transek Jalur Invertebrata
Kedua, transek jalur Invertebrata. Sama seperti transek ikan, segmen sepanjang 20 m dengan lebar 5m digunakan untuk mensurvei avertebrata yang menjadi sasaran untuk dimakan atau sebagai koleksi. Contoh Invertebrata adalah lobster, banded coral shrimp, giant clams, tripang, triton shell, pencil urchin.
Survei Invertebrata juga meliputi penyakit pada terumbu karang (bleaching/pemutihan), sampah dan kerusakan pada karang. Penting untuk memberikan angka nol apabila tidak terdapat pemutihan, penyakit, sampah atau kerusakan karang pada lokasi.
Survei Invertebrata juga meliputi penyakit pada terumbu karang (bleaching/pemutihan), sampah dan kerusakan pada karang. Penting untuk memberikan angka nol apabila tidak terdapat pemutihan, penyakit, sampah atau kerusakan karang pada lokasi.
Tim Invertebrata dapat melakukan tugasnya setelah transek ikan sudah selesai. Setiap penyelam yang ditugaskan untuk menghitung invertebrata harus bergerak perlahan sepanjang transek dan menghitung jumlah invertebrata indikator.
Transek Garis Substrat Dasar
Ketiga, transek garis substrat dasar. Transek yang digunakan sama dengan transek ikan dan invertebrata. Tapi pada pencatatan data substrat, setiap interval 0,5 m pada transek, dicatat tipe substrat dasar terumbu karang. Metode ini disebut juga dengan pengambilan data titik (point sampling).
Terumbu karang |
Pengambilan data titik dipilih karena paling kurang ambigu dan merupakan metode survei tercepat yang dapat dipelajari dengan mudah oleh penyelam rekreasi. Penyelam hanya perlu melihat rangkaian titik dimana pita transek menyentuh karang dan mencatat substrat apa yang terdapat di bawah titik tersebut.
Hubungi Kami
RESERVASI SEKARANG
0821-3817-2799 📱 082-333-333-102
@karimunjawaopentrip
📝 Testimoni
Visit Karimunjawa