Part 5 Karimunjawa: Happy We Will Be Beyond The Sea… And Again I’ll Go Sailing…
Pukul 07.00, selesai sarapan, Elf
milik mas Alex yang akan membawa kami ke pelabuhan sudah menunggu di
bawah, kapal berangkat pukul 8.00, we really have to go now..
Data diri untuk manifest kapal sudah di
kumpulkan sore sebelumnya, jadi kami tinggal menunggu saja mas Alex
mengantri tiket di loket.
Pagi itu pelabuhan ramaiiii sekali,
mungkin karena adanya tambahan penumpang dari KC.Kartini yang kemarin
gagal pulang ke Semarang dan terpaksa kembali lagi ke Karimunjawa karena
ombak terlalu berbahaya untuk lanjut. Padahal sudah lebih dari ½
perjalanan, tinggal 1,5 jam lagi harusnya sampai.
Kami menunggu di semacam pendopo yang ada di pelabuhan, di sana terpampang papan yang memuat recap potensi
Taman Nasional Karimunjawa. Wow!! tuh kan masih banyaaaak tempat-tempat
menarik yang belum kami eksplorasi, seperti taman Mangrove yang asyik
untuk trekking, taman kupu-kupu (satu-satunya tempat yang TIDAK akan
saya kunjungi, phobia!), dan penangkaran burung di Pulau Karimun dimana
kita bisa melihat Elang dada putih yang hanya bisa ditemui di kepulauan
ini.
Peluit kapal sudah berbunyi sekali,
tandanya tidak lama lagi kapal akan berangkat namun masih tetap banyak
orang berkumpul di pelabuhan….dan tiket belum juga di tangan.. -___-“
Ketinggalan kapal jelas tidak ada dalam
pilihan, karena sudah ada 3 tiket kereta menuju Jakarta yang dibayar
lunas untuk jam 8 malam.. =$. Muka stress menunggu kapal..
Hampir pukul 8.00 saat mas Alex
menyerahkan tiket… Huaaa.. sudah 2 kali lho peluit kapal berbunyi..
portal yang menuju tempat kapal berlabuh juga sudah ditutup.. Untung
kami masih diijinkan masuk, eh tapi itu di pelabuhan masih juga ramai
lho..
Ini sih sudah yakin tidak dapat kursi,
maka kami langsung ke tangga yang menuju dek atas, tapi ternyata entah
kenapa dek ditutup..
Ngooook…
Lalu dimanakah kami menghabiskan mati gaya selama 6 jam????
Disini doooonk…
Pasrah terjepit diantara 4 mobil di dek
bawah KM.Muria, beralaskan koran dan sarung milik Ikhsan, setelah
memastikan semua mobil itu sudah di-rem tangan,
Satu hal penting yang luput dari
perhatian kami saat memilih spot ‘ngemper’ itu adalah, letaknya yang
dekat sekali dengan pintu kapal, hanya kurang lebih 5 meter, dan tidak
ada penumpang (lesehan) lain yang di depan kami.
Akibat posisi garis terdepan ini, saat
kapal menghajar ombak besar, langsung deh.. BYURRR!! Menyiprat ke arah
kami. Apalagi memang ternyata ga bohong, ombaknya besar! goyangan kapal
jauh lebih terasa dibandingkan saat berangkat (atau karena sekarang kami
duduk di bawah?). Yah memang tidak banyak sih percikannya.. tapi kalau
berulang-ulang selama berjam-jam ya akhirnya…Basah!! Belum lagi anginnya
yang ga santai!! Melvi saja sampai terlihat seperti Medusa begini
Syukurlah tidak ada di antara kami yang
mabuk perjalanan, obat anti mabuk darat laut dan udara itu digunakan
hanya untuk ‘diambil’ efek samping mengantuk-nya. Ya tapi basah dan
dingin begini mana bisa tidur??!! Basah + dingin = masuk angin,
sementara perjalanan pulang masih panjang.. =$
Tidak terima dipermainkan oleh keadaan *hayah* Dayu melakukan perlawanan, dengan kekuatan bulan payuuuung,, *buka* Hyeay!! Berhasil!! Ga (lebih) basah lagi!!
On your face Poseidon!!!
Us Vs The Sea…and The Winner is……THE
SEA!! *antiklimaks* yah secara kita sudah cukup basah sebelumnya, dan
akhirnya pun si payung rusak ga kuat menahan gaharnya angin. Well at
least we fight back!!
Ini adalah kali pertama saya naik kapal
laut dengan waktu tempuh yang lebih dari 3 jam, dan sama sekali tidak
terbayang sebelumnya bahwa akan se-FUN ini!! Ya, walaupun harus
ngegembel dan setengah basah, tidak ada kata lain yang lebih
menggambarkan situasi tersebut selain FUN!! (dengan semua huruf
kapital). We couldn’t stop laughing even on some bad-and-actually not
funny-situation seperti saat satu-satunya koran yang tersisa dan dipakai
Melvi untuk alas tidur tiba-tiba terbang waktu ditinggal ke kamar
mandi, atau waktu saya dan Dayu berjuang menaiki tangga kapal yang curam
untuk membeli PopMie, di tengah kapal yang goyang-goyang dan begitu
sampai lagi di bawah…jengjeng!! Garpunya dimana????!!! =)))) Konsentrasi
terpusat untuk menjaga keseimbangan di tangga (masih sambil tetap
tertawa2 sampai penumpang lain menatap kami dengan heran) sehingga tidak
sadar garpunya jatuh entah dimana, Dayu bahkan ga sadar kalau penjaga
kantin memberikan dia garpu.. Astaga..
Untungnya kami dibekali nasi kotak (yang
dilengkapi sendok pastinya!) untuk makan siang, jadi untuk pertama
kalinya dalam hidup saya, makan PopMie menggunakan sendok plastik..
Saya, Dayu, Melvi, duduk berjejer
berdesak2an (kan korannya Melvi hilang… jadi bergabung lah dia dengan
kami beralaskan sarung Ikhsan), entah kenapa jadi terbayang adegan film
PS: I Love You saat Holly dan kedua sahabatnya bermain kano dan terbawa
arus hingga ke tengah laut.. Saya bertanya pada mereka “Gimana? Kapok ga
jalan sama gw?! Ini kita ibaratnya dari bintang 4 turun derajat ke
kaki-5 looh??!” dan mereka menjawab “Nggak sih!! Kapan lagi kita
kemana?! Thailand?” haha PS: I LOVE YOU GIRLS!! =*
Dua jam terakhir goyangan heboh ombak
sudah berubah menjadi ayunan yang melenakan *halah* baru lah di situ
saya bisa tidur nyenyak, duduk sambil memeluk backpack. Saat berangkat
tidur saya sama sekali tidak nyenyak (dan kayaknya hampir tidak tidur
deh) karena dingin (anginnya kencang sekali) dan posisi yang tidak
nyaman. Ternyata saya lebih betah ngemper di tempat yang tidak jelas
seperti ini.. saya baru terbangun saat jam menunjukkan pukul 13.30, wow! ½ jam lagi sampai Jepara!!
14.15 , pintu kapal diturunkan…. Oh Hey
we meet again Pulau Jawa!!!! Tuh kan, yang menyambut kami bukan pasir
putih dan air laut gradasi hijau-biru, tapi beton dan banyak tukang
becak berpakaian warna-warni..
Sesuai janji, sebelum menuju Semarang
kami mau berfoto dulu dengan Kura-Kura pantai Kartini, maka jalan lah
kami ke sana sekalian untuk makan siang.
Di sekitar pantai berjejer banyak warung
makan dengan pilihan menu yang (herannya) hampir sama dari satu warung
ke warung lain, tapi karena sudah punya bekal nasi kotak ya kembali
sarung Ikhsan digelar
Tidak hanya pantai, di sini juga ada
beberapa permainan anak-anak seperti mandi bola dan komidi putar, toko
souvenir juga banyak. Bahkan ada juga semacam kereta yang membawa
pengunjung mengitari area pantai, yah Ancol dalam versi yang lebih kecil
laaah…
Selesai makan, tunai lah janji yang dibawa sampai ke Karimunjawa kemarin
Saatnya mengejar kereta dan berpisah dengan Wisnu, Ikhsan, dan Mbak Yuni,, see you all around soon Woohooo!!!
Untuk menuju Stasiun Tawang, Semarang,
rute yang kami lalui adalah Terminal Jepara – Terminal Terboyo – Stasiun
Tawang, semuanya menggunakan bis-bis kecil. Estimasi waktu yang
dibutuhkan 2 jam jadi diperkirakan kami masih punya cukup waktu untuk
menukarkan tiket dahulu di stasiun, lalu ke Simpang Lima belanja oleh2
di Pandanaran, mengunjungi Lawang Sewu, berfoto2 di kota tua dan
akhirnya kembali ke stasiun.
Nice plan, huh?! Tapi, sudah menginjak
Pulau Jawa bukan berarti kejutan liburan kami berakhir donk… Acara makan
siang dan ‘temu kangen’ dengan kura-kura tadi, menyebabkan kami ‘rugi’
waktu 1,5 jam, sudah pukul 15.30 saat kami duduk di bis kecil semacam
Metromini jurusan Semarang.
“Oh, kira-kira sampai Semarang jam
17.30, masih cukup dari stasiun langsung Pandanaran, coret Lawang Sewu,
kota tua masih sempat lah sambil kembali ke stasiun” begitu pikir saya,, oh well plan change #1….
Kembali melewati deretan sawah-sawah
menghijau… huah.. pergantian pemandangan setelah 4 hari yang dilihat
hanya pantai dan laut saja. Aduh tapi ini sudah jam 16.30 dan kok
kayaknya masih di Jepara.. =$.
Di tengah jalan, tiba2 bis yang kami
naiki mengalami gangguan di bannya… #JENG!! Ganti bis!! Bis pengganti
yang kami naiki sejenis Patas AC namun penuh sesak! Saya berdiri di
dekat pintu, bersandar di dashboard, sementara backpack nangkring manis
di kotak TV.
Sudah hampir pukul 17.00… kok masih di sini-sini saja.. sudah keluar dari Jepara sih tapi masih di daerah Kudus!!!
“Baiklah kita ke Pandanaran dulu, baru ke stasiun.. sempat.. sempat..” Change plan #2.
Entah apakah memang itu jalur yang
dilalui semua bis dari Jepara menuju Semarang, atau hanya bis AC itu
saja yang begitu, yang pasti bis itu muter-muter… Ada suatu persimpangan
dimana belok kiri ke Semarang sementara kanan ke Demak, bisnya belok ke
kanan aja lhoooo… Duh Gusti paringono patience lan mercy…
Pukul 18.00, (baru) sampailah kami di Terminal Terboyo!!
“Fine, sudah ga cukup waktu.. Langsung stasiun udah ga usah kemana-mana lagi!!”.. Final (lame) Plan. =|
18.30 kami diturunkan di tempat yang kata
kondektur bus di sini Stasiun Tawang. Celingak punya celinguk, mana
stasiunnya??!! Ternyata bis yang kami naiki tidak melewati depan
Stasiun, tapi harus berjalan dahulu kurang lebih 500meter, melewati
kawasan…Kota Tua!!! Haha kesampaian juga ke kota tua Semarang walaupun
benar2 cuma numpang lewat, untuk mengambil gambar pun tidak sempat.
Sayang, padahal kawasan itu bagus sekali, apalagi dalam nuansa temaram
dari lampu-lampu jalan. Selain itu, sepertinya lebih terawat
dibandingkan kawasan kota tua di Jakarta… Ah, perhitungan waktu yang
buruk.
Sampai lah kami di semacam kanal, dan di
seberangnya terlihat bangunan putih, megah, kental dengan nuansa
arsitektur Belanda. Ah itu dia! Stasiun Tawang!! Begitu masuk, aaaah..
bagus… bangunan khas Belanda dengan langit-langitnya yang tinggi
menjulang namun tetap ada sentuhan tradisional Jawa, bersiiiih jauh lah
bila dibandingkan dengan stasiun Kota.
Tiket asli sudah di tangan, masih ada
waktu satu jam kami isi dengan belanja oleh-oleh. Seumur-umur baru kali
ini saya belanja oleh-oleh di stasiun/terminal/bandara, selain karena
harganya lebih mahal entah kenapa merasa seperti cuma setengah hati
ngasih oleh-olehnya gitu.. Tapi yah bagaimana lagi daripada tidak sama
sekali..
Sebelum pukul 20.00 kereta sudah masuk di
peron 1. Hai Gerbong 3 No kursi 8 A, B, C… Waaah ada colokan listrik…
*norak, kebahagiaan pengguna HP pintar memang terletak di sana*.
Perjalanan Semarang – Jakarta memakan waktu kurang lebih 8 jam.
Tidak banyak yang bisa dilihat sepanjang jalan karena sudah gelap gulita.. jadi mari tidur saja!
28 Juni 2011
02.30, terbangun karena hujaaaaaaannn…
deras sekali.. Saya pikir sudah hampir sampai Stasiun Senen, ternyata
Bekasi saja belum sampai, oh ternyata kereta bisa delay juga..
Mundur satu jam dari jadwal, pukul 04.00 akhirnya….Jakarta!!
Rencana awalnya adalah kami akan mencari
masjid terdekat, menunggu terang baru melanjutkan perjalanan pulang.
Tapi berhubung hujan deras yang belum reda juga, terjebaklah kami di
stasiun.. Lagi-lagi ngemper..
Baru sadar, ternyata arsitektur stasiun Senen lumayan bagus juga.. sayangnya terlihat kumuh… oh Jakarta..
Pukul 5.30, kami memutuskan meninggalkan
‘spot asoy’ kami menuju halte Bus Transjakarta, tapi baru saja keluar
dari stasiun, wanita-wanita kota ini sudah kembali menemukan identitas
manjanya… males ngantri bus TJ naik taksi sajalaaaaaah…
Yaaa.. berpisah juga saya dengan si duo newbie backpacker itu.. mereka pulang ke rumah masing-masing sementara saya menuju….kantor!!
. Cuti yang terbatas harus di alokasikan sedemikian rupa sehingga
mencukupi untuk semua kebutuhan jalan-jalan.. Jadi, selama belum terasa
mau pingsan, hajar!!! Tuhan dan limpahan rejeki beserta pekerja-pekerja
luar biasa yang setelah belasan jam perjalanan pulang liburan langsung
bekerja!! Amien.
Pukul 6.10, saya sudah tiba di kantor dan
gerbangnya saja belum dibuka doooonk!! Hahahaha lengkap lah sudah
segala hal di luar rencana dari liburan ini!!!
First thing first setelah sampai di meja
kerja, rapi dan sudah minum kopi adalah melihat foto-foto selama
perjalanan dan membuat outline untuk blog ini pastinya..
29 Juni 2011
Eh memang sudah ga termasuk dalam hitungan liburan sih, tapi saat sedang browsing saya menemukan ini..
Republika: Penumpang Kapal Muria Tanpa Tiket Diturunkan Paksa
Itu cuma salah satu dar cukup banyak link
berita yang mengabarkan penyeberangan dari Karimunjawa ke Jepara dengan
KM. Muria pada tanggal 29 Juni mengalami sedikit ‘kerusuhan’. Masih
sehubungan dengan jumlah wisatawan yang melonjak, banyak warga asli
Karimun yang tidak dapat tiket kapal karena sudah diborong oleh para
agen tur. Tidak terima, warga menduduki kapal sejak pagi, banyak
penumpang yang sudah memiliki tiket tidak dapat masuk karena kapal sudah
kelebihan kapasitas. Dilakukan lah razia tiket dahulu, dan menyebabkan
pemberangkatan kapal delay hingga 2 jam! Itu pun banyak wisatawan yang
tidak dapat tiket dan terpaksa memperpanjang liburannya 1 hingga 2 hari.
Ya Tuhaaaan… bagaimana kalau saja kami
memutuskan untuk menyeberang ke Karimunjawa dengan kapal tanggal 26 atau
tanggal 25 bila tidak ada perubahan jadwal kapal???!! Pasti kami
menjadi bagian dari ‘kerusuhan’ arus balik itu! Kemungkinan terbesar
kami akan kehilangan tiket KA yang sudah di-booked dan keluar biaya
ekstra untuk penginapan dan transportasi pulang ke Jakarta..
Wuiiiiih….. benar-benar ga ada habisnya ini kejutan liburan….
Karimunjawa through all the mess we’ve been through, ternyata Tuhan masih sangat baiiiik sekali pada kami…
Banyak hal yang di luar rencana, belum
lagi ‘satu dan lain hal’ yang tadinya kami pikir cuma terjadi di salah
satu cerita liburan misteri di komik Detective Conan, tapi itu semua
yang membuat liburan ini terlalu berkesan!
Entah kenapa, saya suka sekali dengan papan peringatan diatas, yang terpasang di semua pantai yang kami kunjungi kemarin.
…Galeang, entah surga itu seindah dan sedamai apa kalau di Indonesia saja ada tempat seperti ini..
…Tanjung Gelam si Perayu, siapa yang tidak akan terpikat oleh Nyiurnya yang menarik perhatian..
…Tengah, mungkin Jack Sparrow benar-benar
pernah ke sini dan mengubur berlian di dasar laut pulau ini.. kalau
tidak dari mana yah binar-binar cantik itu??!!…
..dan Kecil, pertemuan di garis horizon yang sempurna..
*tsaaaaah*
Hey Karimunjawa!! Especially you Galeang
Island!! I did take nothing but pictures, but you take my heart!! And my
oath that one day I’ll be back!!! Cheater! *Drama dimulai*
Well, guess I half-deliberately left my heart there anyway, so I have to come and get it back right?!
See you again anytime soon…Karimunjawa..
Thanks for all the surprises..
Ambareeta
Sampai saya meninggalkan jejak kaki di pantai berikutnya………………..
FYI:Kereta api Semarang – Jakarta tersedia dalam kelas Eksekutif maupun Bisnis05.30 KA Argo Sindoro turun di Gambir HTM Executive Rp 240.000
08.00 KA Fajar Utama turun di Senen HTM Bisnis Rp 115.000
16.00 KA Argo Muria turun di Gambir HTM Executive Rp 225.000
20.00 KA Senja Utama turun di Senen HTM Bisnis Rp 115.000 **Harga per Juni 2011, bukan harga high seasonUntuk pemesanan baik kelas eksekutif maupun bisnis bisa melalui telepon (021) 21391121, pembayaran paling lambat 3 jam setelah pemesanan melalui ATM Mandiri/BNI/BCA. Struk ditukarkan dengan tiket asli, paling lambat ½ jam sebelum keberangkatan di loket stasiun. *canggih yah.. saya baru tahu gara-gara trip ini *. Selain by phone, khusus untuk eksekutif bisa melalui online disini
Pengeluaran D 5-6Tiket Kapal = Rp. 37.500 (harga tour)Makan = Rp. 12.000Karcis masuk pantai Kartini = Rp. 3.000Bus Jepara-Semarang = Rp. 15.000Bus Terboyo – Tawang = Rp. 3.000Tiket Kereta = Rp. 117.500 (tambahan Rp.2500 mungkin untuk biaya transaksi bank)————————————————————————————————————————————–TOTAL = Rp. 188.000
Part 4 Karimunjawa: We’ll Meet I Know We’ll Meet Beyond The Shore
16
Jul
26 Juni 2011
Never Again, I’ll Go Sailing
Masih pegal2 karena petualangan kemarin, jadi gagal
bahkan ga diniatkan sama sekalilagi mengejar matahari terbit. Tapi aaaah bermalas-malasan di Jakarta sajaa.. jalan2 pagi yuk!
Bersama Melvi, saya menjelajahi daerah
sekitar tempat bermukim kami 2 hari ini, Pulau Karimun. Pulau yang bisa
dibilang sebagai ‘ibukota’ kepulauan Karimun adalah pusat kegiatan
masyarakat, fasilitasnya cukup lengkap. Berjalan dari homestay ke
sekitar alun-alun saja kami menemui sekolah (SD dan SMP), gereja, banyak
mesjid, KUA, kantor polisi, butik, Puskesmas, koperasi, dokter, bahkan
dukun beranak (pake plang nama bo’ dukunnya!). Tidak ada minimarket, tapi banyak warung2 kelontong dan pasarnya sudah modern begini..
Di tengah perjalanan kami bertemu dengan
Bapak yang saat di kapal duduk dekat Melvi, dia berasal dari Semarang
jadi sudah sering ke Karimunjawa sekedar untuk memancing. Dari ngobrol2
singkat dengan si Bapak saya baru tahu bahwa di Pulau Karimun juga ada
hutan bakau, untuk menuju kesana dan sekalian mengeksplorasi Pulau
Karimun bisa menyewa sepeda motor dengan tarif Rp.50ribu sehari.. Iya
yah, sayang sekali wisata darat-nya kurang trip kali ini, padahal cukup
banyak juga objek yang bisa dikunjungi =|
Karena ‘satu dan lain hal’ setelah sarapan kami pindah homestay..
. Mas Alex memindahkan rombongan kami ke semacam hostel, dimana kami
menempati 3 kamar. Well, sebenarnya letak penginapan itu strategis,
dekat dengan alun-alun dan dermaga, bangunannya sendiri lumayan bagus,
listrik menyala 24 jam, tapi sayangnya kurang terawatt.. kotor!! Tapi kami berpikir ya sudahlaaah tinggal semalam lagi kami disini, siang-sore hari dihabiskan di luar jadi nikmati saja..
Walaupun agak kesiangan, semangat untuk
berpetualang ga berkurang doooonk… Hari ini kami akan ke arah timur,
mengunjungi Pulau Tengah, Pulau Kecil, dan Pulau Menjangan Besar. Ombak
hari itu dahsyat!! Sepanjang perjalanan kapal sering oleng hingga hampir
45 derajat.. Serem? Ga sih.. seru!!
Di perjalanan kita melihat kembali tuh,
‘sepotong zamrud di tengah hamparan sapphire’ – Pulau Gosong Cemara yang
(masih aja) terendam air laut, tapi hey ternyata kali ini ga cuma
numpang lewat, tapi kami berlayar diatasnya!!
Eh tapi ini sudah mengantuk dan mulai
lapar kok belum sampai ke daratan yah sudah sejam lebih?? Apalagi kok
sendirian saja ini kapal kita di laut seluas gini.. Eeeee.. ternyata
karena ombak di jalur yang biasa dilalui untuk menuju Pulau Tengah
terlalu besar maka kapal berjalan memutar walaupun tetap sih, ombaknya
ga santai!! Dan ya jelas lah kapal kami sendirian karena start
kesiangan.. Ouh, baiklaah…
Setelah 2 jam lebih berlayar, akhirnya terlihat kapal-kapal dan life jacket jingga terang mengapung di sekitarnya..daratan!!
Saya pikir kapal akan langsung merapat di
pantai karena sudah waktunya makan siang, tapi ternyata kapal kami
berbelok sedikit, berhenti agak jauh, dan perintah dari sang guide
adalah: “Yak! Mari kita berenang menuju pantai! Kalian duluan kapal
nanti menyusul yah!”
O_o You kidding me pak??!! Itu lumayan
jauh loooooh.. udah laper looooh… ga bisa berenang loh sayaaaah.. *eeaaa
derita lo neeeeng..*
Ah, tapi memang orang baik selalu
ditolong oleh orang yang lebih baik lagi.. *hayah* si bapak guide tahu
saya agak ragu2 untuk nyebur dan dia mengajak saya berpegangan pada dia
dan berenang bersama.. aaaah mesranya.. *eh*. Si bapak bahkan meyakinkan
saya untuk ga perlu panik karena arus, bergerak saja pelan2, dan yeay
akhirnya dia melepas saya di tengah2..
Kurang lebih 20 meter dari pantai, airnya
cuma tinggal setinggi lutut jadi jalan aja yuk! Agak susah yah berjalan
dengan menggunakan fin (kaki katak) tapi kalau dicopot takut kaki
terluka karena di bawah itu sisa2 terumbu karang yang sudah rusak.
Solusinya, berjalan atau berenang lah mundur!! Hehe
Sampai di pantai, lelah dan berasa seperti dalam adegan film Cast Away.. hehe
Setelah melihat sekeliling, WOW….. saya rela terdampar dan ditemukan beberapa hari kemudian kalau tempatnya seperti ini!!!
Air lautnya sparkling!! Sayang sekali
kamera berada di kapal, makanya jalannya pelan-pelan setengah ga rela.
Saya pikir itu adalah pulau yang kosong juga seperti Galeang dan Tanjung
Gelam, tapi ternyata ada jalan setapak di balik semak-semak yang
membawa kami ke sini!
Waaaaah ternyata sudah ada penginapan…
Rumah-rumah panggung yang mirip Wisma Apung hanya saja tidak berada di
tengah laut lepas, masih di bibir pantai. Hmm.. Buka pintu, liat depan
waah pantaiii.. liat belakang wooow laut lepas, belum lagi di sampingnya
juga ada penangkaran hiu… Next time saya tahu mau menginap dimana!!
Lunch still on process, masih cukup lama
dan masih penasaran dengan laut yang sparkling tadi, ngabur dulu
laaaah.. Going back to the corner where I first step on this island
gonna camp in my sleeping bag I’m not gonna move, dan ini lah.. bagaimana saya tidak bahagia kalau terdamparnya di tempat seperti ini…
Sungguh, di Galeang, Tanjung Gelam atau semua pantai yang pernah saya lihat belum pernah liat yang seperti ini…
Sayang sekali banyak sampah berserakan.. itulah resikonya bila sudah mulai tersentuh komersialisasi.. *lirik sinis ke penginapan di balik pulau*
Kami berhenti cukup lama di pulau ini,
pantai di sekitar dermaga dan penginapan juga nyaman sih buat sit and do
nothing.. atau kegiatan ga jelas seperti ini..
Sekitar jam 2, lanjut lah yuk jalan ke
snorkeling spot terakhir yaitu di sekitar Pulau Cilik atau disebut juga
Pulau Kecil yang terletak tidak jauh dari Pulau Tengah.
Sampai disana, ah sudah malas snorkelingan.. mantai saja laaah..
Pulau Cilik, sesuai namanya, pulau ini
kecil.. cuma perlu 15 menit untuk mengitari satu pulau. Pantai dengan
pasir putih yang lembut melingkari pepohonan dan semak-semak belukar
yang banyak terdiri dari pohon cemara (eh apa Pinus yah? Haha) di tengah
pulau. Tidak berpenghuni, tidak ada penjual jajanan, tapi saya
menemukan ada beberapa pendopo yang sudah terbengkalai. Entah lah
sepertinya dulu ada semacam kafe disitu karena ada bekas meja bar dan
wastafel.
Saat sedang mengitari pulau, bertemu
dengan 2 bapak dan anak kecil yang sedang menangkap cumi. Cara
menangkapnya cuma pakai benang digulung, kayak benang layangan gitu..
ujungnya di kasih umpan udang-udangan dan pluk dilempar ke tengah laut..
Eh dapat cumi gede2 lhoo.. hiii..
Kok cuminya bening bersih gitu yah?
Menurut si bapak, cumi segar memang bersih karena tintanya sudah keluar
semua saat si cumi struggle untuk lepas dari kail. Nah loh tapi yang di
pasar2 kok ga kayak gitu?? Ternyata yah karena sudah tidak segar, sudah
mengalami proses pembekuan..
Saya sama sekali tidak menyesal memilih
menyusuri pantai daripada snorkeling, karena keindahan Pulau Kecil sore
itu,, langitnyaaaaa!!! Bertemu dengan laut dan pantai yang yah ga usah
dibilang lagi lah bagusnya,, Subhanallah… kok ga habis2 yah saya dikasih
kejutan di sini..
Here I can really sit (even sleep) and do nothing,,
Setengah jam kemudian,, kembali kapal
kayu kami membelah samudera yang ombaknya masih tetap gahar.. Pulang??
No! Masih ada satu tempat yang harus dikunjungi hari ini! Pulau
Menjangan Besar, kita mau berenang bersama hiu! =D
Dari Pulau Cilik ke Menjangan Besar
kira-kira sejam, melewati Pulau Karimun, nampak KM. Muria yang sedang
menurunkan penumpang di pelabuhan.. aaah.. ga terasa besok kami sudah
harus kembali mati gaya disana.. time flies!
Dan inilah Penangkaran Hiu..
Ada 2 kolam besar yang masing-masing
berisi 10-15 ekor hiu berukuran panjang kira2 70cm. Hiu tersebut
dipelihara sampai bisa dilepas ke alam bebas. Nah disini mereka jadi
objek uji nyali wisatawan yang mau berenang bersama mereka.. Karena
masih kecil mungkin, jadi hiu itu tidak menyerang orang yang sedang
berenang, paling hanya berputar2 di sekitarnya. Tapi ya tetep aja
namanya hiu.. tetap ada rasa takut salah-salah petualangan di Karjaw
berubah menjadi sekuel Jaws kan.. jadi tetap saja tempat ini riuh oleh
jeritan2 panik dari orang2 yang nyebur ke kolam (dan cekikikan dari
teman2nya diatas yang hanya membantu dengan doa )
Disini bagian jejeritan sudah diambil oleh Dayu dan Melvi, jadi ya sudahlah Saya dan Wisnu berbaik hati
menertawakanmengambil foto mereka..
Saat mereka sedang asyik (eh asyik gitu yah?
) berenang di satu kolam, tanpa guide dan tidak ada orang lain berenang
kecuali mereka, tiba2 ada anak perempuan di samping saya, memegang
ikan. Dia bilang “Kakak,, hiunya dikasih makan yah!!” dan
Byurrr!! Dalam hitungan detik hiu2 berebut ikan dengan brutal, hanya
kurang lebih 1 meter dari tempat Dayu berenang… Dua kali anak itu
melemparkan ikan, hihi seru!! Tapi ternyata saudara2,,, itu adalah Near
Death Experience-nya Dayu.. Baru setelah mereka pindah kolam, dan kali
ini dipandu guide, diketahui bahwa memberi makan hiu saat ada orang
berenang di dekatnya itu BERBAHAYA!! )
Indeed what you didn’t know won’t kill you (or make you wanna kill someone.. a cute innocent girl for example.. ))
Oya, di penangkaran ini bukan hanya hiu
yang dipelihara, namun juga penyu dan beberapa satwa laut yang selama
ini hanya saya lihat di film kartun seperti ikan Dori dan ikan Buntal.
Secara berkala ada pelepasan tukik (anak penyu) di pantai pulau ini.
Capek sudah ketawa-ketawa,, mari pulaaang.. Perjalanan kembali ke Pulau Karimun memakan waktu tidak sampai 10 menit =)
Malamnya, karena tinggal hitungan jam
saja kami di sini, saatnya jalan2 menikmati keramaian sambil mencari
oleh-oleh! Tidak terasa seperti sedang berada di pulau yang antah
berantah dari kota, ramai!! Uniknya berlibur di Karimunjawa karena
transportasi kesana terbatas baik dari segi jumlah maupun jadwal, belum
lagi area penginapan dan spot wisata yang banyak namun disitu-situ saja,
jangan kaget kalau mengalami banyak ‘DiaDiaLagi Momen’. Ya! Saat
snorkeling dan hopping island bolak balik kami bertemu dengan
orang-orang yang dijumpai sejak masih berada di kapal, dan belanja di
pusat souvenir malam ini sudah seperti reuni penumpang KM.Muria Batch
240611
. Pusat souvenir di Karimun adalah 4-5 ruko berjajar yang terletak
tidak jauh dari alun-alun, menyediakan dari mulai makanan khas pesisir
pantai hingga benda-benda kerajinan. Harganya? Relatif.. misalnya untuk
T-Shirt menurut saya agak mahal, namun hiasan2 dekoratifnya seperti
lampu meja gitu muraaaah (bila dibandingkan dengan harga toko-toko di
Jakarta).
Lanjut ke alun-alun, warung-warung tenda
dipenuhi oleh pembeli sementara sudah banyak pula yang menggelar tikar
di lapangan. Tiba-tiba terbayang, kalau berlibur tepat pada saat ada
event olahraga seperti Piala Dunia, tinggal gelar layar tancap dan
ratusan orang dari berbagai daerah (atau bahkan berbagai negara) larut
dalam keriaan, seru!!
Kurang dari 12 jam lagi kami sudah harus
kembali terombang-ambing di laut namun sayangnya bukan untuk
snorkeling.. Pulau yang kami tuju pun tidak akan menyambut dengan pasir
putih dan gradasi hijau-biru lautnya yang cantik.. =(
Ke Jakarta eh Jepara dulu kami (terpaksa) kan kembaliiii..
Ambareeta
..to be continued…
Next: Karimunjawa: Happy We Will Be Beyond The Sea…And FYI:Perhitungkan dengan baik jumlah uang tunai yang dibawa, karena di Karimun tidak ada bank dan ATM! Sebaiknya uang yang dibawa dalam pecahan nominal kecil karena pengalaman berbelanja di warung dengan uang Rp. 50ribu saja susah kembaliannya.
Kami menggunakan paket tur yang sudah termasuk makan selama kami di sana, tapi sebenarnya mencari makanan di Karimun tidak susah kok.. Biasanya setiap penginapan bisa menyediakan makanan, banyak warung nasi, atau paling gampang tinggal pergi ke alun-alun. Harganya? Murah!!! Seumur hidup, baru kali ini saya minum es campur seharga Rp. 2500 saja.. enak lagi.. Untuk yang tidak terlalu suka hidangan laut, mencari makanan sendiri ini patut dipertimbangkan *curcol, makanan dari homestay mayoritas sea food*
Iya, silahkan lagi dilihat blog foto dari Wisnu, untuk lebih banyak pemandangan cantik dari Pulau Tengah dan Pulau Kecil
Pengeluaran Hari Ke-4- Cemilan = Rp. 10.000
- Makan malam = Rp. 9.000
- Souvenir = Rp. 75.000
———————————————————-
TOTAL = Rp. 94.000
Part 3 Karimunjawa: I Know Beyond The Doubt My Heart Will Lead Me There (Again) Soon
25 Juni 2011
Pukul 5.00.. Nawaitu mengejar sunrise,
apa daya badan capeknya masih keterlaluan.. Akhirnya bermalas-malasan
sampai sekitar pukul 8.00 saat mobil pick up Mas Alex menjemput kami
untuk dibawa ke pelabuhan.. Yeay! The holiday officially begin..
snorkeling time!!
Start dari Pelabuhan Karimunjawa, rute
snorkeling dan hopping island hari ini adalah ke arah barat, di
sekeliling ada 2-3 kapal lain dengan tujuan yang sama.
Snorkeling spot pertama adalah di sekitar
Pulau Menjangan Kecil, salah satu pulau yang sudah dikelola swasta
untuk penginapan. Ombak disekitarnya cukup tenang.. airnya biru jernih
sampai-sampai dari atas kapal saja bisa terlihat jelas terumbu karang
dan ikan-ikan loreng hitam putih berseliweran dengan lincahnya.
Satu hal yang wajib dicoba saat
snorkeling disini adalah feeding fish!! Jadi, sambil melihat keindahan
dasar laut, coba deh pegang sepotong roti, dan mendadak… hua,, ikan-ikan
kecil rebutan roti dengan brutalnya.. it’s the real Feeding Frenzy
baby!! Hihi nikmati sensasi jari geli-geli gimanaaa gitu digigitin ikan2
kecil ini. Berkat kekuatan bulan kamera underwater milik mas Alex didapat lah foto keren kayak gini deh..
Terumbu karang disini masih terlihat
bagus, dan peraturan pertama saat “berhadapan” dengan terumbu karang
adalah jangan menyentuhnya! Pertama karena dikhawatirkan berbahaya,
karang api misalnya kalau tersentuh kulit akan terasa terbakar. Kedua
terumbu karang rentan rusak karena ulah manusia, sementara untuk
regenerasinya butuh waktu yang lama.
Ikan-ikan sudah kenyang, yang memberi
makan mulai kelaparan. Kapal diarahkan ke arah pulau yang cantik dibawah
ini, Pulau Galeang, kami akan barbeque ikan di sana untuk makan siang.
Kapal merapat, dan WOW!! yang terhampar
di depan kami membayar semua 20 jam lelah dan mati gaya di
perjalanan…LUNAS bahkan pake bunga!!
Pasir putih dari ujung ke ujung, langit
biru bersih, air gradasi hijau-biru, cuaca yang sangat mendukung, tidak
terlalu panas tidak pula mendung, banyak pula pepohonan rindang, jadi
suasananya syahdu2 gimanaa gitu, damai sekali..
Pulau ini sepi, sama sekali tidak ada
penjual makanan, fasilitas seperti WC umum pun sepenglihatan saya tidak
ada, rumah penduduk pun hanya ada satu, ya cuma satu!
Bapak berbaju biru-kuning ini bernama Pak
Mudi, dia dan keluarganya lah penghuni satu-satunya rumah di Pulau
Galeang, jadi semacam penjaga pulau. Konon pikiran si bapak agak
terganggu, tapi dia ramah dan kalau mendengar musik dangdut, langsung
joget! Karena kami tidak ada yang punya koleksi lagu dangdut, pakai lagu
cedangcibuk yah pak.. Insomnia by Craig David!!
Eh tapi tiba2 dari kapal sebelah kami terdengar celetukan dengan logat
Jawa yang medok “Aku ada lagu dangdut!!”. Ternyata si pria berwajah
oriental berambut jagung yang tadinya kami kira turis dari Korea atau
Hongkong (soalnya di kapal dia isinya banyak turis asing), ealaaah bule
Malang tho ternyata mas… ). Mengalunlah ‘Keong Racun’ dari HP mas ‘bule’, dan Pak Mudi joget lebih heboh!
Tuhan memang mencintai setiap makhluk-Nya
dengan cara-Nya sendiri, Pak Mudi memiliki keterbatasan tapi dia satu
dari sangat sedikit orang yang tinggal di tempat sedamai Pulau Galeang.
Mungkin justru dengan keterbatasannya dia bisa dengan sederhana
menikmati ciptaan-Nya ga mikir hal-hal ribet. Sepanjang hari menikmati
pantai dan wajah2 bahagia para pengunjung yang terpesona dengan
keindahan surga pribadinya.. Wow.. It would be so nice grow old like
that..
*hening*…. Eh kok malah jadi agak iri ama Pak Mudi yah??!! Haha rumput
tetangga eh air laut di Karimunjawa memang lebih hijau daripada air
di…err.. kamar mandi sendiri?? *halah*
Eh sungguh loh ingin rasanya berendam di
pulau itu seharian, tapi harus lanjut lagi ke snorkeling spot kedua, di
sekitar Pulau Gosong Cemara! Sampai jumpa Pak Mudi… Boleh yah nanti
suatu saat saya kembali ke surga pribadi bapak ini.. Janji, nanti saya
akan simpankan lagu dangdut terbaru spesial untuk bapak!! Yah, kedamaian
Pulau Galeang seketika membuat saya memutuskan ‘baiklah.. saya rela
menempuh lagi perjalanan 20 jam untuk sampai kesini…soon!!’
Saat menuju ke spot snorkeling kedua, di
tengah2 laut yang biru itu kami melihat sepetak area yang berwarna
hijau. Nah sudah sampai kita, sepetak area hijau itu lah Pulau Gosong
Cemara. Loh mana pulaunya??? Yang dimaksud dengan pulau disana memang
hanya sepetak daratan pasir putih, dan ‘penampakan’nya tergantung
pasang-surut air laut, untuk mengukur luasnya pun susah. Saat kami
kesana air sedang pasang jadi Pulau itu sepenuhnya terendam.. Tapi
pemandangan ‘sepotong zamrud diantara hamparan sapphire’ itu…
Awesomazing!!
Ombak di snorkeling spot kedua ini
lumayan besar, jadi perlu sedikit perjuangan apalagi buat saya yang
tidak bisa berenang dan sering panik sendiri kalau terbawa ombak..
tap mas guide saya baik hati, dia membantu saya berenang dan menikmati
keindahan terumbu karang di perairan itu, hihi makasih mas.. iya nih
tampaknya sudah waktunya belajar diving..eh swimming dulu. Terumbu
karang di sini lebih bagus dan berwarna-warni daripada di spot pertama,
namun ikan2nya lebih choosy, tidak mau datang kalau cuma dipancing
dengan roti tawar.. *halo.. 14022, order ke tengah laut di Karimun Jawa bisa??*
Tidak terlalu lama snorkeling disini,
kita merapat kembali ke pantai! Menuju Pantai Tanjung Gelam, kira-kira
setengah jam perjalanan dari Gosong Cemara. Tanjung Gelam adalah pantai
yang masih berada di pulau utama Karimun, karena letaknya yang menghadap
timur tempat ini cocok sekali untuk mengakhiri petualangan seharian
dengan melihat sunset.
Ini lah Tanjung Gelam dari kejauhan… mendadak teringat lagu Rayuan Pulau Kelapa ga sih??… melambai-lambai nyiur di pantaaaaaaiii…
Berbeda dengan pantai Pulau Galeang yang
sepanjang sejauh saya telusuri hanyalah hamparan pasir putih, Tanjung
Gelam dihiasi dengan karang-karang berukuran besar.
Di sepanjang pantai berjajar penjual
kelapa, mi instan, gorengan dan makanan kecil lainnya. Entah karena
memang kelaparan atau efek dari keindahan pantai, pisang goreng dan
bakwan di sana enak sekali!!
Menunggu sunset tak kunjung datang, ombak
cukup besar, dan dikhawatirkan semakin malam semakin besar maka kami
harus meninggalkan Tanjung Gelam sebelum sunset.. =(
Dan akhirnya lihat sun(menjelang)set dari atas kapal
Kapal merapat di dermaga, mas Alex sudah menunggu dengan pick-upnya..
Pulang ke penginapan, sudah selesaikan
suguhan pertunjukan keindahan alam yang saya dapat hari itu?? Oooh..
beluuum… Malam menjelang, langit dihiasi ribuan bintang.. huhu..
Subhanallah..
Ingin rasanya menggelar kasur di halaman dan tidur beratapkan bintang saja malam itu..
Eh tapi nanti masuk angin sementara baru setengah petualangan ini, masih banyak keriaan yang menanti…besok!!
Ambareeta
…to be continued…
Part 4 Karimunjawa: We’ll Meet I Know We’ll Meet Beyond The Shore
FYI:Bawalah flashdisk atau media penyimpanan lainnya untuk menyimpan foto-foto underwater. Daripada menunggu foto itu dikirimkan beberapa hari sesudahnya, lebih baik disimpan langsung bukan?!Sunblock is indeed important!! Snorkeling lebih membuat kulit terbakar daripada cuma sekedar berjemur di pantaiSupaya semakin lengkap, ayo lihat foto-foto menggoda iman (untuk tidak jalan-jalan) di blog milik Wisnu, Pulau Galeang yang damai dan Tanjung Gelam si perayu
Pengeluaran Hari 3:Degan + gorengan di Tanjung Gelam = Rp. 10.000..sudah itu saja..
Part 2 Karimun Jawa: It’s Far Beyond The Stars It’s Near Beyond The Moon
23 Juni 2011
16.30, selamat tinggal meja kantor!! Dan
sungguh Dewa Lalu Lintas sedang amat sangat welas asih karena bisa
sampai ke Lebak Bulus hanya dalam waktu 20 menit!!
My dear newbie backpacker friends,
setelah malam sebelumnya dibuat terbahak-bahak dengan pertanyaan polos
Dayu ‘apakah perlu membawa handuk Ambar?’ *maklum, ibu pejabat ga pernah
tinggal di rumah penduduk, selalu minimal hotel bintang 4 dilengkapi
handuk* sekarang giliran Melvi yang membuat saya speechless karena untuk
4 hari backpacking trip ini dia membawa koper!!…dan backpack..
Alasannya, dia tidak suka menggendong bawaan berat karena bisa merusak
struktur tulang punggung, tapi dia juga tidak terbiasa apabila tidak
membawa tas.. -___-“ oh baiklaaah..
Pukul 17.20 bis Shantika bertolak dari
Lebak Bulus menuju Jepara. Karena perjalanan cukup panjang (kurang lebih
12 jam) faktor kenyamanan menjadi pertimbangan utama, maka kami memilih
bis kelas executive. Bis kami cukup nyaman, Mercedes Benz masih mulus, reclining seat dengan
sandaran untuk kaki, antara kursi dengan baris di depannya juga luas,
tiap 2 baris ada personal TV (Tp ga tau juga sih bisa nyala ga
). Bis-bis jurusan Jepara memang terkenal bagus dan baru. Hal itu konon
karena memang selera dan tuntutan masyarakat pengguna trayek tersebut
begitu. “Mitosnya” penumpang akan marah kalau bisnya tidak terawat,
namun mereka tidak masalah kalau bis mengalami kecelakaan.. O_o. Ga
heran, di jalanan bis-bis itu menggila, ngebut dan menganggap dirinya
sedan yang leluasa nyalip setiap ada celah sempit! Saya yang duduk di
baris terdepan jadi merasa seperti sedang bermain game balapan 4
dimensi, apalagi ada semacam partisi kaca yang memisahkan ruang
pengemudi dari penumpang.
Di benak saya partisi itu menjelma menjadi layar tv, and I can’t stop my mind to think “Yak!
100 poin bila berhasil menyalip truk gandeng!! 50 poin untuk truk
tangki bbm!! 25 poin bila berhasil mengintimidasi pengendara motor
didepan!! Run baby run!!” Tapi tetap terasa nyaman aja tuh… hoho, bis terawat dan sopir berpengalaman memang ga bisa bohong..
21.30 kami istirahat di suatu restoran di
daerah Saprol – Indramayu yang memang khusus untuk pemberhentian
bis-bis jurusan Jepara. Sudah disediakan makanan prasmanan yang termasuk
dalam harga tiket, jadi tinggal ambil dan makan saja. Cuma kira-kira 30
menit berhenti disini ‘High Definition 4Dimention Racing Game’
dilanjutkan. Hoahm.. I was out of count sudah berapa point yang didapat
dari salip sana sini itu, jadi mari tidur!!
24 Juni 2011
Syukurlah kekhawatiran kemacetan di jalur
pantura tidak terjadi. Subuh kami sudah sholat di masjid entah apa
namanya (ga ketemu plang namanya bos!) yang pasti megah dan tanpa kubah,
di Semarang.
Pukul 7 kami sudah menginjak Bumi
Kartini.. Woohoo.. 14 jam dan akhirnya… terminal Jepara!!! Terminalnya
kecil dan sepi, atau mungkin karena masih pagi ya?!
Sejak dari bis kami sudah nawaitu jalan
kaki dari terminal ke pelabuhan nih, hitung2 sambil meluruskan kaki. Apa
daya, kami dihadang oleh segerombolan tukang becak yang dengan gigih
(cenderung maksa) menawarkan jasanya, akhirnya hati kami luluh juga.
Sebelumnya saya membayangkan jalanan antara terminal – pelabuhan itu
jalan raya tapi lebih mirip jalanan di dalam kompleks perumahan,
lengang.. di kanan kirinya pun berjajar rumah2 yang kalau di Jakarta
bisa masuk ke kawasan elite nih..
Tidak sampai 10 menit, sampailah di
Gerbang ASDP yang merupakan pintu ke Pelabuhan Jepara, terlihat KM.Muria
sudah bersandar di dermaga. Berbeda dengan di terminal, di sini sudah
mulai ramai. Karena menggunakan jasa tour, kami cukup ke loket menemui
Bapak Ismet untuk mengambil tiket kami yang sudah di-booked sebelumnya dan menyerahkan data diri untuk manifest kapal.
Selesai, masih ada waktu kurang lebih 1,5
jam sebelum kapal berangkat, sarapan dulu lah. Warung makan di
pelabuhan tidak banyak, namun menunya cukup beragam dari mulai mie
instan sampai nasi pecel, lumayan daripada lumanyun kelaparan di kapal,
harganya pun wajar. Pelabuhan Jepara terletak persis di sebelah Pantai
Kartini, tempat rekreasi keluarga, semacam Pantai Ancolnya Jepara laaah.
Dari pelabuhan terlihat landmark Pantai Kartini yang berupa kura-kura raksasa yang sebenarnya adalah bangunan Sea World .
Sebenarnya ingin berfoto dulu disana,
namun karena tidak ingin kehabisan tempat duduk di kapal kami memilih
untuk segera naik, see you on Monday Mr. Turtle!!
Didalam kapal, masih sekitar 1 jam lagi
sebelum berangkat, kursi-kursi kelas ekonomi masih cukup banyak yang
kosong. Kami memilih 2 baris di sisi kanan, saya duduk tepat di tepi
kapal, maksudnya biar bisa lihat laut gitu, namun ternyata tidak leluasa
memandang keluar karena terhalang terpal. KM. Muria mampu menampung
kurang lebih 300 penumpang, terdiri dari 3 ‘lantai’: bawah untuk
kendaraan, tengah untuk kabin penumpang, dan dek atas untuk ruang
kendali dan area terbuka muster station (tempat berkumpul apabila
terjadi keadaan darurat) yang seringnya sih buat tempat penumpang yang
tidak kebagian tempat duduk.
Inilah penampakan kelas ekonomi KM.Muria, ya kursinya mirip2 metromini gitu laaah..
Bayangkan 6 jam duduk dimari… yes layu
sebelum berkembang… (Baca: Capek duluan sebelum liburan). Tapi sudah
cukup bersyukur lho bisa dapat duduk disini, daripada panas2an di dek
atas, kalau udah bener2 pegel duduk, di kapal disewakan matras yang
cukup untuk tiduran kok.. Kalau prinsip saya sih, everything is in your
mind, jadi bayangkan saja sedang duduk di First Class GIA, penerbangan 6
jam udah sampai mana tuh kan.. O:D *menghibur diri yang teramat sangat*
Tidak sampai 1 jam kemudian semua kursi
sudah terisi penuh, dek atas pun sudah mulai ramai tapi entah kenapa
belum berangkat juga.. Akhirnya, hampir pukul 10.00, setelah 2 kali
bunyi peluit panjang, selamat tinggal Pulau Jawa…
…Dan dimulailah 6 jam mati gaya…
Kurang lebih pukul 15.00, masih 1 jam
tersisa dari estimasi waktu perjalanan, namun di kejauhan samar-samar
mulai terlihat gundukan hijau. Makin mendekat terlihat 2 menara BTS yang
menjulang,
Itulah Pulau Karimun, yang merupakan
pulau utama di Kepulauan Karimun Jawa. Setelah 2 kali lagi peluit
panjang, akhirnya merapat lah kami di dermaganya…
Ya Salaaam.. sekarang saya mengerti
bagaimana perasaaan Jack Sparrow saat kembali menginjak
daratan…Bahagia!!! Dan hey baru sampai saja sudah disambut pemandangan
seperti ini.. otot2 yang kaku karena 6 jam mati gaya mendadak lemas..
Kami
dijemput oleh Mas Alex, sang trip organizer, kemudian bertemu rombongan
‘teman sepermainan’ kami, mahasiswa/i dari Bandung terdiri dari 5
perempuan dan 1 laki-laki. Dengan mereka kami akan berbagi homestay dan
kapal untuk hopping islands.
Disini lah kami menginap
3 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang TV, ruang tamu, dapur, dan teras.. cukup nyaman..
Berbeda dengan di Sawarna, di Karimun Jawa pilihan penginapan (lihat daftarnya)
banyak! Dari mulai rumah penduduk, hotel, resort mewah, bahkan wisma2
yang unik seperti Wisma Hiu dan Wisma Apung, tinggal disesuaikan dengan
budget
. Listrik di Karimunjawa hanya menyala dari pukul 17.30 hingga pukul
6.00, tapi hal itu tidak berlaku bagi penginapan yang bukan rumah
penduduk karena mereka memiliki genset sendiri. Sebenarnya sih
pembatasan listrik itu tidak terlalu masalah karena toh listrik padam
pada jam-jam dimana saatnya bermain di luar..
First thing first setelah sampai di penginapan adalah..mandi!! woow.. terakhir mandi hampir 36 jam yang lalu.. =))
Badan sudah segar perut mulai cari
perhatian, maka pergilah kami ke Alun-Alun – suatu tanah lapang, pusat
keramaian, waktu kami kesana sedang ada pertandingan sepak bola. Di
pinggir dan sekitar lapangan banyak warung2 tenda yang menjual makanan,
dan ini pohon besar di dekatnya nyaman sekali untuk duduk2 cantik..
hehe..
Di seberang
alun-alun terdapat dermaga kecil tempat berlabuh kapal-kapal nelayan
(berbeda dengan Pelabuhan Karimunjawa ya). Ah, selesai menyantap seporsi
siomay khas Karimun Jawa (apa khasnya? Err.. rasanya ga jauh berbeda
dengan siomay2 lain sih, cuma lebih liat dan bentuknya kotak.. hoho)
sepertinya cihuy yah menunggu sunset di dermaga..
Kembali ke penginapan, sudah disediakan makan malam yang termasuk dalam paket tour.
Pukul 20.00, sudah mulai tepar di kamar
sementara rombongan dari Bandung itu masih ramai di luar… Euh..
Penampilan boleh menipu, tapi tampaknya untuk soal stamina, perbedaan
umur 6 tahun tidak bisa bohong… -___-“
There you go adek-adek.. seberat-beratnya hidup mahasiswa masih lebih berat hidup pekerja.. See you all tomorrow.. Snorkeling Day 1!!
…To be continued…
NEXT!! Karimunjawa: I Know Beyond The Doubt My Heart Will Lead Me There (Again) Soon.
Ambareeta
FYI:
- Sebelum mengajukan cuti, pastikan dulu jadwal kapal yang akan digunakan untuk menyeberang ke Karimunjawa, karena ternyata memang sering berubah.. -___-“ (curcol), dan kadang kapal juga tidak berlayar bila cuaca buruk. Kontak Pelabuhan ASDP Jepara = (0291) 591048
- Untuk Bus Shantika bisa booking sebelumnya, dengan menghubungi nomor telepon agen yang terdekat (ini daftarnya). Pembayaran di tempat, minimal setengah jam sebelum keberangkatan
- Apapun operator selular yang kalian gunakan, saat berada di Karimunjawa sebaiknya sediakan nomor Telkomsel!! Sementara yang lain hidup segan mati tak mau dia dengan ‘jumawa’nya mejeng dengan sinyal 3G!!
Pengeluaran D 1-2—————————————————————————————————————————
- Ongkos Kantor – Lebak Bulus = Rp. 3.000
- Tiket Bus Shantika Jakarta – Jepara = Rp. 140.000 (harga musim liburan, normal hanya Rp.120.000)
- Becak Terminal Jepara – Pelabuhan = Rp. 10.000 /becak = 2 orang
- Tiket kelas ekonomi KM. Muria = Rp. 37.500 (harga Paket Tour, harga yang tertera di tiket untuk dewasa = Rp. 28.500)
- Sarapan Pop Mie + Aqua di Pelabuhan = Rp. 7.500
- ‘Lunner’ (Lunch Dinner) di alun-alun = Rp. 7.000
- Paket Tour diluar tiket kapal = Rp. 360.000 Termasuk: Penginapan (rumah penduduk), makan 9x, kapal dan snorkel gear selama 2 hari, guide, biaya masuk ke berbagai tempat wisata, foto2 underwater.
TOTAL = Rp. 565.000
Part 1 Karimun Jawa : Somewhere Beyond The Sea
29
Jun
*Ngaca* kulit sudah mulai kehilangan pesona warna eksotisnya.. *halah* itu pertanda saatnya beach time!! Setelah terakhir menjelajahi Desa Sawarna (boleh..boleh.. ayo dibaca.. ) di pelosok Banten, sekarang jauhan dikit yuk.. Jawa Tengah….Kami datang!!!
Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Jepara
menyimpan pesona pantai pasir putih dengan laut gradasi biru-hijau yang
sering disebut Maldives-nya Indonesia, Karimun Jawa
*mana Maldives mana Karimun Jawa hayoooo??
Kepulauan
Karimun Jawa, yang sejak tanggal 15 Maret 2001 ditetapkan oleh
Pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional, terdiri dari 27 pulau dimana 5
diantaranya sudah dihuni oleh penduduk, yaitu Pulau Karimun, Kemujan,
Nyamuk, Parang, dan Genting
Untuk
mencapai Karimun Jawa, transportasi yang umum digunakan adalah jalur
laut melalui Jepara atau Semarang. Bila start dari Pelabuhan Tanjung Mas
– Semarang, bisa menggunakan Kapal Cepat Kartini, waktu tempuh hanya
sekitar 3 jam. Sementara dari Pelabuhan Kartini – Jepara, ada Kapal
Motor Muria dengan waktu tempuh sekitar 6 jam! Ada juga sih jalur udara
dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandar Udara Dewa Daru di Pulau
Kemujan dengan pesawat sewa jenis CASSA 212, waktu tempuh kira-kira 30
menit! harga tiketnya ‘cuma’ kira2 1,7 juta sajah kok sekali jalan..
Pesawat tersebut disediakan oleh pengelola Kura-Kura Resort, hunian
mewah di Karimun Jawa dengan rate kurang lebih 8 juta/malam.. Hadeuh..
untuk saat ini saya cukup puas lah dengan Undur-Undur Resort saja..
Ada
apa aja sih di Karimun Jawa?? Karimun Jawa adalah surga untuk penggila
snorkeling atau diving karena gugusan kepulauan ini adalah rumah yang
masih terjaga baik bagi terumbu karang dan hampir 400 species fauna
laut, it just like sticking your head into a massive tropical aquarium.
Tapi ga cuma itu saja, untuk yang hobi memancing, atau memacu adrenalin
dengan berbagai permainan air seperti banana boat, jetski, atau uji
nyali berenang bersama hiu, marilah kemari!! Kalau untuk saya yang cuma
suka bengong menatap garis cakrawala and do nothing, jelas pantai pasir
putih dan gradasi lautnya lah yang memanggil saya kesana.
Karimun
Jawa, sejauh ini bisa dibilang perjalanan saya yang paling penuh
kejutan dan serba out of plan! Mari kita rewind, mulai dari masih tahap
perencanaan..
Untuk
menekan budget kami naik KM.Muria yang ongkosnya hampir 4x lipat lebih
murah dibandingkan dengan KMC.Kartini, biasanya kapal tersebut berangkat
dari Jepara pada hari sabtu, sehingga rencana awal kami berangkat
dengan kapal tanggal 25 Juni. Nah, traveler boleh menyusun itinerary,
Tuhan tetap yang lebih tau pasti, 3 minggu sebelum keberangkatan
kapalnya berubah jadwal aja doooonk… Mungkin karena melonjaknya jumlah
wisatawan ke Karimun Jawa pada musim liburan maka jadwal kapal berubah
menjadi 2 kali seminggu, untuk akhir Juni pelayaran ke Karimun Jawa ada
pada tanggal 24 dan 26… Yiiihaaaaa.. revisi cuti sana sini… akhirnya
sepakat berangkat tanggal 24.
Transportasi Jepara-Karimun Jawa √.
Next
problem: dari Jakarta naik apa ke Jepara?? Transportasi paling mudah
adalah dengan menggunakan bis, pilihannya antara lain PO Nusantara,
Shantika, Muji Jaya, dan Bejeu. Bis2 antarkota tersebut berangkat dari
berbagai terminal di Jakarta menuju terminal Jepara yang hanya berjarak
kurang lebih 1 km dari pelabuhan. Namun masih sehubungan dengan musim
liburan dan menjelang musim mudik, terdengar kabar jalur pantura macet,
kalau sialnya ketinggalan kapal gimana??
alternatifnya, kereta, namun perlu berkali-kali pindah kendaraan:
Stasiun Senen – Stasiun Tawang – Terminal Terboyo – Terminal Jepara –
Pelabuhan.. eugh.. Akhirnya diputuskan tetap naik Bis dari Lebak Bulus,
dengan berbekal Plan B: bila ketinggalan kapal kami akan melanjutkan
perjalanan ke Yogyakarta! Daripada mau liburan masih stress mikir kapal
mending nothing to lose dan serahkan semuanya kepada Dewa Pantura kan..
Transportasi Jakarta – Jepara √
.
Selama di Karimun Jawa, supaya tidak repot kami memutuskan untuk menggunakan jasa tour, pilihan kami jatuh pada www.karimunjawa-islands.info
Kenapa? pertama, sudah banyak review yang bagus mengenai tour tersebut.
Kedua, fleksibel! tidak ada jumlah minimum peserta, sistem pembayaran
cukup transfer sejumlah uang untuk tiket kapal dan sisanya dibayarkan di
sana, tour bisa di-upgrade sesuai selera dari mulai makan hingga
penginapan. Ketiga, namun yang terpenting…hemat beb!
yes! Biaya paket yang ditawarkan murah meriah!! Kami menggunakan Paket
Super Backpacker 4D3N + upgrade makan dengan total biaya Rp. 435ribu.
Silahkan di cek webnya untuk info lebih lanjut yah.. *testimonial
konsumen yang cukup puas, bukan post berbayar*
Karimun Jawa and around √
.
Hobi
jalan2 di negeri sendiri wajib ditularkan, kali ini saya mengajak 2
orang teman dekat saya yang biasanya memperkaya negeri orang lain dengan
jadi turis disana, Dayu si Ibu Pejabat, dan Melvi si business woman.
Kami ber-3 kemudian bergabung dengan Wisnu, teman yang saya kenal saat
di Sawarna dan memiliki obsesi jelajah Indonesia yang sama gilanya
dengan saya Wisnu mengajak kakaknya, Mbak Yuni, dan temannya, Ikhsan.
Meeting Point tanggal 23 Juni sebelum jam 5 sore di Terminal Lebak Bulus,
Berangkat dengan menggunakan Bis Shantika (kenapa Shantika? Err.. kebetulan dia yang bisa ditelpon untuk booking tiket ),
Sampai di Pelabuhan Jepara tanggal 24 pagi sebelum jam 8, kapal berangkat pukul 9, berlayar dengan KM.Muria selama 6 jam.
Sampai di Karimun Jawa jam 3 sore, Have fun for the next 3 days!!
Pulangnya, tetap menggunakan KM.Muria tanggal 27 jam 8 pagi,
Kembali ke Jepara jam 2 sore rombongan kami berpisah. Saya, Dayu dan Melvi akan lanjut ke Semarang untuk wisata kilat dan pulang menggunakan kereta Senja Utama dari Stasiun Tawang jam 8 malam, sementara Wisnu and the gank pulang dengan menggunakan Bis Shantika pukul 5 sore dari terminal Jepara..
IMO,
Perfect holiday is when things go out of plan, out of schedule, some go
bad but you still laugh at it…even harder! And yes by that term, I can
call this trip, too perfect to be true..
Why oh why???
…to be continued…
Ambareeta
Next!! Karimun Jawa: It’s Far Beyond The Stars, It’s Near Beyond The Moon
SAWARNA!!! Part 3: Berjalan di Hutan Lalu Belok ke Pantai
170411
Krik..krik..krik.. orkestra jangkrik masih bermain, bulan penuh masih menggantung (yes I’m so lucky bisa melihat purnama dengan taburan bintang yang pastinya susah sekali ditemui di Jakarta) saat kehidupan di guesthouse kami sudah dimulai, Jam 4 pagi! Agenda hari ini dimulai dengan melihat sunrise di Legon Pari dan untuk itu kami harus sudah berangkat segera setelah subuh.. *yawn*
Legon Pari adalah suatu laguna dengan pasir putih dan laut yang tenang, sehingga disini tempat terbaik untuk berenang di Sawarna. Para nelayan pun banyak yang melabuhkan kapalnya disini.
First thing first, question, Siapa yang trekking pagi2 buta ga bawa senter dengan bodohnya?????!!! SAYA!!! (_ _!) Well, saya pikir medan yang akan dilalui ‘seramah’ kemarin jadi tanpa senter pun it’s okey masih ada cahaya bulan, tapi ternyata saudara2.. I was so wrong…
Untuk menuju Legon Pari ternyata kita harus melewati pematang sawah, perkebunan, dan.. hutan!! medannya? Tentu saja tanah. Licin? Hoho Pastinya!! =D tapi apakah datar2 saja?? Haha I wish!! Di beberapa tempat jalannya menanjak, dan yang saya maksud adalah tanjakan dengan sudut kemiringan hampir 80 derajat! *ngos ngos ngos* itu saja kami sudah dibilang beruntung oleh bapak yang memandu kami karena semalam tidak hujan jadi jalanan mudah dilalui..
Setelah setengah jam lebih berjalan, 1 kali terjatuh, dan entah berapa liter keringat terbuang… akhirnya mulai terdengar deburan ombak.. makin dekat,, makin dekat,, satu belokan lagi and voila!! Pantai Legon Pari!! Tapi belum sempat lihat mana lagunanya, kami berjalan (lagi!) menyusuri pantai, mencari spot yang menurut bapak pemandu disitu lebih baik untuk melihat sunrise, dan sampailah kami di pantai Karang Beureum
Entah karena memang sedang pasang atau memang seperti itu, Karang
Beureum ini ombaknya lebih besar daripada Ciantir, pantainya pun lebih
sempit dan pasirnya lebih kasar.
Sambil (lagi2) menunggu munculnya matahari, sarapan dulu.. This is it, mie instan pinggir pantai ala Chef Marsad =D
Dan..dan..dan.. Hello Again Paman Matahari…..
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pantai menuju ke arah Tanjung
Layar (lagi) lalu ke Ciantir dan kembali ke penginapan. Kami harus
sudah pulang sebelum pukul 12 supaya cukup waktu untuk sejenak mampir ke
pantai Karang Taraje. Legon Pari terpaksa dilewatkan kali ini, tapi
biarlah, itu akan jadi alasan saya untuk kembali. =)
Dan, ternyata petualangan saya pagi tadi mendaki gunung lewati lembah untuk menuju Legon Pari belum berakhir, justru petualangan yang lebih dahsyat baru akan dimulai!! Seperti yang saya bilang, menurut pengamatan saya kemarin *jieh*, kontur pantai dari Ciantir ke arah Tanjung Layar (ke arah timur) semakin lama semakin berbatu. Karang Beureum ini berada di sebelah timur dari Tanjung Layar, maka yang saya temui sepanjang perjalanan adalah batu karang… dimana2 karang.. dari yang tajam sampai yang halus, besar sampai kecil. Maka ‘perjalanan pulang menyusuri pantai’ sungguh tidak semanis kedengarannya, perlu ekstra hati2! Tapi sungguh pemandangannya tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Walhasil akibat keasikan foto2, saya terpisah dari bapak pemandu dan
rombongan =)). Untung Mas Marsad dan Mas Dareng masih ada di belakang
karena sebelumnya membersihkan sisa2 sarapan kami.
Perjuangan darah dan keringat kami menyusuri karang kemudian terhenti disini.
Menurut mas Marsad, biasanya untuk ke Tanjung Layar bisa melipir tepi
karang itu, dan melihat tempat yang dinamakan Tapak Si Kabayan. Tapak
si Kabayan konon adalah batu yang berbentuk seperti tapak kaki manusia.
Saat itu, laut sedang pasang, terlalu berbahaya untuk berjalan melalui
tepi karang, maka kami harus naik ke perbukitan, dan halo tanjakan tanah
dengan kemiringan hampir 90 derajat!! *___*
Setelah tanjakan, yang disusul dengan turunan curam dari batu karang, akhirnya sampai di sisi lain karang
Selesai kah trekking menggilanya? Oh ternyata BELUM! This what we found ahead..
Ga ada jalan lain yang bisa dilewati, jadi akhirnya melipir karang.
Kedalaman airnya sih sebenarnya cuma sebetis tapi disebelah kanan dan
pijakan kami itu karang yang liciiin, dan sebelah kirinya langsung laut
dengan ombak yang ga santai! kalau menerjang bisa basah seluruh badan.
Sampai di Tanjung Layar lagi, balai2 warung sederhana dan segelas teh dingin, rasanya udah kaya di lobi hotel bintang 5. Arta, satunya2 peserta pria di tur kali ini, bertanya ‘Are we still alive?!’ haha dan saya jawab, ‘yes you’re still very are, but I don’t know about me. How can I sure I’m still alive while my idea of heaven is already here, now’ dan dia bales aja loh dengan ‘you’ve got the point.’ =D
Pembicaraan ‘aneh’ tadi terjadi karena di depan kami, Tanjung Layar yang sama dengan yang kami lihat kemarin, tapi seolah2 Tuhan sudah mem-photoshop-nya, menambahkan sedikit biru di laut dan langit, menggeser matahari ke posisi yang lebih pas sehingga hasilnya.. amazing..
Kemudian lanjut ke Pantai Ciantir, yang juga berkali-kali lipat lebih cantik..
Saat itu saya berharap bisa berjalan seperti kepiting, miring, biar ga lepas2 pandangan dari laut…
Akhirnya, kami pun tertahan lama di Ciantir karena foto2 lagi…
Belum mau pulang… sungguh ingin sekali duduk2 disini dan tidak melakukan apapun.. =)
Well, tapi kalo kata abang Buble ‘the days were slipping fast, good things never last’ dengan berat hati, kembali ke penginapan.
Jam 11, all packed, sudah makan, sudah pamitan, dadah Sawarna,, saya janji akan kembali. Eh tapi baru jalan beberapa ratus meter, ketemu lagi another tanjakan maut, dan ‘si peri’ ini (lagi2) ga kuat naik.. haha yuk jalan kaki lagi yuk.. Tapi rupanya Tuhan belum bosan memberi kami ‘bonus’ tak terduga, kalau kami tidak jalan kaki mungkin kami tidak akan menyadari ini, satu titik dimana kami bisa melihat Sawarna terbentang dari Tanjung Layar hingga Ciantir dalam 1 frame.
That was my bonus, the last shot of Sawarna, a great closing indeed =)
Keluar dari Sawarna, seperti janjinya, Mas Marsad membawa kami mampir ke Karang Taraje. Karang Taraje kira2 15 menit dari Sawarna menuju Bayah, sesuai namanya, disini banyak karang, hehe walaupun saya tidak lihat tuh mana yang menyerupai tangga (taraje dalam bahasa sunda). Lautnya biru sekali, ombaknya kencang tapi segera terpecah oleh karang.
Kami tidak lama disini, huaaah… benar2 sudah saatnya pulang.. =(
Sepanjang jalan Sawarna – Pelabuhan Ratu, kami masih banyak disuguhi
oleh pemandangan yang menakjubkan, duet maut pantai dan perbukitan.
Beberapa diantara pantai2 yang kami lihat itu konon adalah private
beach!
Gosh, life is soooooo great for some people!!
Kami berhenti sejenak di Karang Haur untuk sholat dan membeli oleh2.. Es kelapa sekantong plastik harganya 10ribu masaaaa!!! Ini pemerasan!!
Berhenti sebentar lagi di Cisolok, untuk membeli jambu bol dan sawo.. hehe
Pemberhentian berikutnya kira2 pukul 17.00 di Rumah Makan Palagan – Sukabumi, dan disini ga sebentar, hehe. Selesai makan, ternyata mobil mengalami sedikit gangguan. Hooo pantas saja dari tadi ada bunyi2 derik aneh dari belakang mobil. Lepas maghrib mobil selesai diperbaiki tapi ban belakang sebelah kiri perlu tambah angin. Tidak mau mengambil resiko beban yang terlalu berat, kami para wanita memutuskan untuk menunggu saja disana..
Untuk yang ingin merasakan petualangan di Sawarna seperti yang
saya alami, paling enak sih menggunakan kendaraan pribadi atau ikut
travel, ini link travel yang membuka perjalanan ke Sawarna:
Atau ‘pantau’ aja akun2 jalan2 di FB dan twitter, yang saya tahu
sih di FB ada Pesona Jawa dan Just Traveler, di twitter ada
@Backpackseru. Hehe,, siapkan diri untuk menghadapi godaan yah.. Hoho
Tapi kalau mau naik kendaraan umum pun, ga susah2 banget kok.. Saya sih lebih merekomendasikan lewat jalur Bogor – Sukabumi – Sawarna. Naik bus umum dari Jakarta, sampai ke Terminal Baranang siang – Bogor, kemudian dilanjutkan dengan bus ke Terminal Pelabuhan Ratu. Sampai terminal Pelabuhan Ratu naik elf yang menuju Bayah, turun di pasar Bayah lalu dilanjutkan naik ojek ke Sawarna (yeah… a looooong way to go, but it all would be paid when you get there)
Krik..krik..krik.. orkestra jangkrik masih bermain, bulan penuh masih menggantung (yes I’m so lucky bisa melihat purnama dengan taburan bintang yang pastinya susah sekali ditemui di Jakarta) saat kehidupan di guesthouse kami sudah dimulai, Jam 4 pagi! Agenda hari ini dimulai dengan melihat sunrise di Legon Pari dan untuk itu kami harus sudah berangkat segera setelah subuh.. *yawn*
Legon Pari adalah suatu laguna dengan pasir putih dan laut yang tenang, sehingga disini tempat terbaik untuk berenang di Sawarna. Para nelayan pun banyak yang melabuhkan kapalnya disini.
First thing first, question, Siapa yang trekking pagi2 buta ga bawa senter dengan bodohnya?????!!! SAYA!!! (_ _!) Well, saya pikir medan yang akan dilalui ‘seramah’ kemarin jadi tanpa senter pun it’s okey masih ada cahaya bulan, tapi ternyata saudara2.. I was so wrong…
Untuk menuju Legon Pari ternyata kita harus melewati pematang sawah, perkebunan, dan.. hutan!! medannya? Tentu saja tanah. Licin? Hoho Pastinya!! =D tapi apakah datar2 saja?? Haha I wish!! Di beberapa tempat jalannya menanjak, dan yang saya maksud adalah tanjakan dengan sudut kemiringan hampir 80 derajat! *ngos ngos ngos* itu saja kami sudah dibilang beruntung oleh bapak yang memandu kami karena semalam tidak hujan jadi jalanan mudah dilalui..
Setelah setengah jam lebih berjalan, 1 kali terjatuh, dan entah berapa liter keringat terbuang… akhirnya mulai terdengar deburan ombak.. makin dekat,, makin dekat,, satu belokan lagi and voila!! Pantai Legon Pari!! Tapi belum sempat lihat mana lagunanya, kami berjalan (lagi!) menyusuri pantai, mencari spot yang menurut bapak pemandu disitu lebih baik untuk melihat sunrise, dan sampailah kami di pantai Karang Beureum
Sambil (lagi2) menunggu munculnya matahari, sarapan dulu.. This is it, mie instan pinggir pantai ala Chef Marsad =D
Langit menjelang fajar,, ada pink.. ada kuning..
Dan, ternyata petualangan saya pagi tadi mendaki gunung lewati lembah untuk menuju Legon Pari belum berakhir, justru petualangan yang lebih dahsyat baru akan dimulai!! Seperti yang saya bilang, menurut pengamatan saya kemarin *jieh*, kontur pantai dari Ciantir ke arah Tanjung Layar (ke arah timur) semakin lama semakin berbatu. Karang Beureum ini berada di sebelah timur dari Tanjung Layar, maka yang saya temui sepanjang perjalanan adalah batu karang… dimana2 karang.. dari yang tajam sampai yang halus, besar sampai kecil. Maka ‘perjalanan pulang menyusuri pantai’ sungguh tidak semanis kedengarannya, perlu ekstra hati2! Tapi sungguh pemandangannya tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Perjuangan darah dan keringat kami menyusuri karang kemudian terhenti disini.
Setelah tanjakan, yang disusul dengan turunan curam dari batu karang, akhirnya sampai di sisi lain karang
Sampai di Tanjung Layar lagi, balai2 warung sederhana dan segelas teh dingin, rasanya udah kaya di lobi hotel bintang 5. Arta, satunya2 peserta pria di tur kali ini, bertanya ‘Are we still alive?!’ haha dan saya jawab, ‘yes you’re still very are, but I don’t know about me. How can I sure I’m still alive while my idea of heaven is already here, now’ dan dia bales aja loh dengan ‘you’ve got the point.’ =D
Pembicaraan ‘aneh’ tadi terjadi karena di depan kami, Tanjung Layar yang sama dengan yang kami lihat kemarin, tapi seolah2 Tuhan sudah mem-photoshop-nya, menambahkan sedikit biru di laut dan langit, menggeser matahari ke posisi yang lebih pas sehingga hasilnya.. amazing..
Akhirnya, kami pun tertahan lama di Ciantir karena foto2 lagi…
Belum mau pulang… sungguh ingin sekali duduk2 disini dan tidak melakukan apapun.. =)
Well, tapi kalo kata abang Buble ‘the days were slipping fast, good things never last’ dengan berat hati, kembali ke penginapan.
Jam 11, all packed, sudah makan, sudah pamitan, dadah Sawarna,, saya janji akan kembali. Eh tapi baru jalan beberapa ratus meter, ketemu lagi another tanjakan maut, dan ‘si peri’ ini (lagi2) ga kuat naik.. haha yuk jalan kaki lagi yuk.. Tapi rupanya Tuhan belum bosan memberi kami ‘bonus’ tak terduga, kalau kami tidak jalan kaki mungkin kami tidak akan menyadari ini, satu titik dimana kami bisa melihat Sawarna terbentang dari Tanjung Layar hingga Ciantir dalam 1 frame.
Keluar dari Sawarna, seperti janjinya, Mas Marsad membawa kami mampir ke Karang Taraje. Karang Taraje kira2 15 menit dari Sawarna menuju Bayah, sesuai namanya, disini banyak karang, hehe walaupun saya tidak lihat tuh mana yang menyerupai tangga (taraje dalam bahasa sunda). Lautnya biru sekali, ombaknya kencang tapi segera terpecah oleh karang.
Gosh, life is soooooo great for some people!!
Kami berhenti sejenak di Karang Haur untuk sholat dan membeli oleh2.. Es kelapa sekantong plastik harganya 10ribu masaaaa!!! Ini pemerasan!!
Berhenti sebentar lagi di Cisolok, untuk membeli jambu bol dan sawo.. hehe
Pemberhentian berikutnya kira2 pukul 17.00 di Rumah Makan Palagan – Sukabumi, dan disini ga sebentar, hehe. Selesai makan, ternyata mobil mengalami sedikit gangguan. Hooo pantas saja dari tadi ada bunyi2 derik aneh dari belakang mobil. Lepas maghrib mobil selesai diperbaiki tapi ban belakang sebelah kiri perlu tambah angin. Tidak mau mengambil resiko beban yang terlalu berat, kami para wanita memutuskan untuk menunggu saja disana..
Jam 11 malam… akhirnya bisa menjatuhkan diri
ke tempat yang baik dan benar… kasur!! Bukan lagi batu karang, atau
tanah becek.. =P
Fiuh, akhirnya.. bisa menuntaskan rasa
penasaran akan Sawarna, dapat teman2 baru, dan inspirasi pastinya! Salah
satu teman seperjalanan saya, Ibu Yati (Ibu yang memakai baju pink –
kuning dan jilbab biru di foto atas), she’s a truly traveler! seharusnya
dia juga menulis buku seperti Trinity ‘The Naked Traveller’ karena
beliau juga sudah berpetualang kemana2, beliau juga anggota tetap
Komunitas Jelajah Budaya, Sahabat Museum, dan banyak lagi. Sambil
menunggu sunset di Tanjung Layar kemarin, dia berkata seperti ini ke
saya ‘Neng, duit mah ga dibawa mati, jangan takut untuk jalan-jalan,
apalagi kalo kamu memang hobi. Salah satu cara mensyukuri ciptaan Tuhan
menurut saya ya begini, jalan2 melihat ciptaannya.’ Sebenarnya ucapan
macam begitu sudah pernah saya dengar sebelumnya, dari teman saya (hey
kang.. i know u’ll read this haha) tapi kok kayaknya diucapkan oleh si
Ibu lebih mengena yah.. haha well baiklah, mari menabung….buat jalan2
=P. Oya, di ujung nasihatnya si ibu menyuruh saya jalan2 ke,,,, Pink
Beach – Pulau Komodo.. duh bu.. doain rejekinya nyampe yah,,, hehe..
amien!
Dan Sawarna, sungguh saya akan kembali ke
sana nanti.. masih hutang belum liat Legon Pari sama Tapak Si Kabayan
kan… Saya sudah membuat selfnote hal-hal yang harus diperhatikan bila kembali kesana
Sandal gunung is a must!! sandal karet berlogo buaya andalan itu sungguh tidak reliable untuk medan yang licin.Sinyal hp yang paling kuat disana adalah I-s*t, BIS BB-nya bisa nyala loh.. T-S*l masih dapat sinyal tapi lemah, lainnya.. flat.. -___-”
http://www.sawarnatravel.com/tour/sawarna-easy-tour.html
Tapi kalau mau naik kendaraan umum pun, ga susah2 banget kok.. Saya sih lebih merekomendasikan lewat jalur Bogor – Sukabumi – Sawarna. Naik bus umum dari Jakarta, sampai ke Terminal Baranang siang – Bogor, kemudian dilanjutkan dengan bus ke Terminal Pelabuhan Ratu. Sampai terminal Pelabuhan Ratu naik elf yang menuju Bayah, turun di pasar Bayah lalu dilanjutkan naik ojek ke Sawarna (yeah… a looooong way to go, but it all would be paid when you get there)
Untuk pilihan waktu terbaik, menurut guide
lokal, adalah bulan Maret hingga Juli, saat itu juga banyak surfer bule
yang melancong ke Sawarna.
Jadi, sampai nanti Ciantir… tetaplah bersih.. sunyi… dan damai..
somehow I hope that paradise would still hidden =)
Ambareeta
SAWARNA!! Part 2: From Rise To Rest
22
Apr
160411
Sekitar jam 4 pagi,sudah memasuki daerah Sukabumi, mesin mobil tiba2 mati, saya yang sudah tidur kebangun karena bau seperti karet terbakar dari bagian belakang mobil.. Ternyata kami berada di tanjakan yang terjal, mobilnya ga kuat naik dan sempat ga sadar ada tanjakan karena gelap total diluar! Akhirnya kami semua terpaksa keluar, blimey it’s a blessing in disguise! Diluar, BINTANG!!! Banyaaaaaaaaaaak banget… *___* belum pernah saya liat langit dengan bintang sebanyak itu! Akhirnya mau jalan aja bingung, antara harus liat ke bawah nyenterin jalan biar ga jatuh, dengan keinginan untuk terus2an lihat ke atas.. Sampai di jalan yang lumayan landai, sebagian penumpang dipersilahkan naik lagi ke mobil. Loh kok Cuma sebagian? Iya karena belum jelas apakah ada kerusakan jadi sementara beban mobil harus dikurangi. Terus yang sebagian lagi kemana?? Naik pick-up pembawa sayur yang kebetulan lewat.. =))
Tapi ternyata dari ‘tanjakan maut’ itu sudah dekat dengan pemberhentian kami berikutnya, Puncak Habibie, suatu tempat di Cisolok – Sukabumi, yang dinamakan demikian karena konon bukit dimana kami berada saat itu adalah milik Bapak BJ Habibie.. hooo.. Di Puncak Habibie berjejer warung2 dimana kita bisa ngopi2 dan nge-mie sambil leyeh2 di balai2 bambu, menunggu sunrise. Pemandangan yang terhampar didepan mata adalah Pantai Cibangban-Pelabuhan Ratu dari atas bukit =)
Setelah kurang lebih 1 jam menunggu,, finally slowly but sure,,
Halloooooo Paman Matahari…..
Beautiful…
Saat terang terlihat bahwa jalan yang kami lalui sebelumnya, di ‘tanjakan maut’ dan sekitarnya itu, ternyata dibelakangnya laut dan kanan kirinya perbukitan.. wow!
Sudah kenyang, sudah terang, pukul 6 kami melanjutkan perjalanan. Woohoo!! Kurang lebih 1 jam lagi, SAWARNA!!
Akhirnya, setelah 10 jam perjalanan.. sampai di guesthouse..
Di guesthouse ini kami menempati 4 kamar di lantai atas, lantai bawah
ditempati oleh sang pemilik rumah. Di Sawarna pilihan akomodasinya ya
rumah penduduk, saya sempat melihat beberapa penginapan saat berjalan ke
pantai tapi itu pun bisa dihitung jari. Guesthouse kami terletak di
Kampung Cikembang, Desa Wisata Sawarna, letaknya agak jauh dari pantai,
tapi begitu buka jendela kamar pun pemandangannya bikin mata seger
begini..
Setelah mandi dan sarapan kami langsung memulai petualangan, dibuka
dengan Gua Lalay! Dari penginapan kami naik mobil dulu, baru dilanjutkan
dengan berjalan kaki. Hehe ga kebayang kalau harus berjalan kaki dari
penginapan,, jauuuuh, medannya menanjak tinggi,,tinggi sekali, ditambah
cuaca pada hari itu, cerah ceria!! (baca: puanas pol!). Nah, itu yang
lagi2 membuat jawdropping, langit Sawarna hari itu biruuuuuu bersih
sekali tanpa awan.
Desa yang memang sudah cantik tampak makin menawan, mata termanjakan
selama perjalanan ke Gua Lalay, melewati sawah, rumah penduduk, hutan,
dan yang tidak mungkin tidak dilewati kalau anda berpetualang di
Sawarna,,,JEMBATAN GANTUNG! XD.
Belum ke Sawarna kalau belum lewat jembatan gantung. Kalau ke Sawarna tidak menggunakan mobil pribadi, baru sampai pintu gerbang desa saja sudah disambut dengan jembatan gantung yang hanya bisa dilalui oleh orang dan sepeda motor. Karena kami menggunakan mobil pribadi kami tidak lewat situ (eh apa lewat tapi saya ga tau yah? Baru bangun pas sampai depan guesthouse =P) tapi tetap saja kemana2 nanti harus lewat jembatan2 gantung yang lain. Jadi untuk yang takut ketinggian, segeralah temui ahli yang bisa menyembuhkan phobia anda, sungguh saya tidak merekomendasikan untuk tidak mengunjungi Sawarna cuma karena takut jembatan gantung.. =D Setiap melewati jembatan gantung (bolak balik) pengunjung dipungut biaya retribusi Rp. 2000 untuk perbaikan dan perawatan jembatan
And here it is, pintu Gua Lalay..
Gua Lalay, dinamakan demikian karena di gua ini (katanya) terdapat
banyak kelelawar (Lalay dalam bahasa sunda) tapi waktu saya kesana ga
ketemu 1 pun tuh, cuma tercium bau2 guano (kotoran kelelawar). Menurut
mamang guide kami, kelelawar2 itu masih ada, tapi mereka ‘bermigrasi’ ke
bagian gua yang lebih dalam karena banyak orang dari Suku Badui yang
memburu mereka untuk dimakan.
Bagian dalam gua Lalay adalah sungai yang mengalir dengan dasarnya lumpur, di beberapa bagian tinggi air mencapai paha, licin bila memakai alas kaki, jadi sebaiknya ditinggalkan di pintu gua saja.. tapi hati2 kalau diambil orang.. *kisah nyata =D* Lumpur yang berasal dari suatu bagian gua sering diambil masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai pupuk, sungai dalam gua itu bening looh..
Dengan dipandu lampu petromaks dari mamang guide dan senter yang
memang perlengkapan wajib, untuk pertama kalinya saya lihat stalagtit
dan stalagmite dengan mata kepala sendiri =D. Wow! Di beberapa stalagtit
terlihat jelas guratan2 yang menandakan proses pembentukannya bertahap
dan memakan waktu ratusan tahun untuk membuat setiap sentinya.
Memang bukan caver professional, kurang lebih 15 menit menjelajahi gua, semangat untuk menjelajahi gua sudah berkurang, bukan apa2, tapi karena medannya yang semakin sulit, harus naik ke gundukan lumpur yang luicin.. Masih menurut mamang guide, gua ini pernah ditelusuri oleh Mapala UI *uhuk* hingga 2 hari namun belum juga menemukan ujungnya sehingga mereka memutuskan untuk kembali.
Keluar dari gua, kembali ke penginapan, istirahat sebentar sambil nunggu adem buat maen ke pantai.. =)
Jam 2, matahari sudah mulai berkurang moodnya, awan2 pun mulai muncul, saatnya menjemput tujuan saya jauh2 datang kemari,, PANTAI!!
Tujuan pertama kami adalah Pantai Ciantir, pantai pasir putih berombak besar dengan suasana tenang yang membuat bule2 surfer itu rela jauh jauh ke Sawarna. Untuk ke Ciantir dari guesthouse kami harus berjalan kaki, tapi ga sejauh waktu ke Gua Lalay, lewat pematang sawah, perkebunan kelapa, singkong dan ya lagi2 jembatan gantung =D
10 menit berjalan kaki, sampailah kami di Ciantir.. WOWWW!!! All that 10 hours on the road are SO worth it!!!! Pantai.Pasir.Putih…
Hamparan pasir putih dan halus sepanjang kurang lebih 3 km, terlihat
seperti cekungan tak berbatas yang dipagari perkebunan kelapa dan
perbukitan..
Satu hal yang susah ditemui di tempat lain adalah, pantai ini sepiiiiiii… it was weekend, tp orang yang saya lihat di pantai (di luar rombongan tur yah) bisa dihitung dengan jari.. bersiiiih sekali, mungkin karena belum banyak orang berkunjung ke sini, jangankan berkunjung, eksistensinya saja banyak yang tidak tau.
Puas main dan foto2, kami meneruskan perjalanan menyusuri pantai, menuju Tanjung Layar yang merupakan landmark dari Sawarna. Kontur pantai Ciantir menuju Tanjung Layar sepertinya semakin banyak karang (dan saya membuktikan hal itu keesokan harinya)
and here it is.. 2 karang besar berbentuk menyerupai layar yang dengan perkasa menahan dahsyatnya hempasan gelombang Samudera Hindia.. Tanjung Layar!! =D
Karena ombak dipecah oleh karang-karang besar itu, air laut disini
lebih tenang daripada di Ciantir. Jarak dari pantai ke karang layar itu
kurang lebih 25 meter, saat sedang surut terlihat jelas dasar laut
berupa karang2 datar dengan air laut menggenangi sela-selanya seperti
kolam-kolam kecil. Saat kami kesana, air laut sedang pasang, tinggi air
mencapai hampir sepinggang, karang2 juga agak licin..
Tanjung Layar konon tempat terbaik untuk melihat sunset di Sawarna, mungkin karena itu tempat ini lebih ramai dibandingkan pantai Ciantir. Eh bukan cuma sunset yang kami dapat, tapi juga pelangi.. =) Disini pasir pantainya lebih kasar, banyak terdapat sisa-sisa terumbu karang yang terbawa ke pantai, dan bebatuan karang.
Tanjung Layar di waktu senja lebih cantik, hampir saja ga dapat fotonya karena prosesnya cepat sekali..
Dan akhirnya.. Sunset..
Berakhirlah petualangan hari ini di Sawarna. Kembali ke guesthouse Ibu pemilik rumah sudah menyiapkan makan malam dengan menu ikan entah apa jenisnya yang pasti besar, sedikit durinya dan hasil tangkapan sendiri.. Enyaaaaaakkk…
What a day!! Kalau masih menjalankan misi-21, saya dapat banyak sekali hal yang New, Awesome dan Sinless hari ini.. Dari mulai matahari terbit hingga terbenam, diakhiri dengan makanan enak dan ketawa-ketiwi dengan teman2 baru.. Life is good.. =)
Ambareeta
…to be continued…
SAWARNA! Dimana Saya Berjalan di Hutan Lalu Belok ke Pantai
Sekitar jam 4 pagi,sudah memasuki daerah Sukabumi, mesin mobil tiba2 mati, saya yang sudah tidur kebangun karena bau seperti karet terbakar dari bagian belakang mobil.. Ternyata kami berada di tanjakan yang terjal, mobilnya ga kuat naik dan sempat ga sadar ada tanjakan karena gelap total diluar! Akhirnya kami semua terpaksa keluar, blimey it’s a blessing in disguise! Diluar, BINTANG!!! Banyaaaaaaaaaaak banget… *___* belum pernah saya liat langit dengan bintang sebanyak itu! Akhirnya mau jalan aja bingung, antara harus liat ke bawah nyenterin jalan biar ga jatuh, dengan keinginan untuk terus2an lihat ke atas.. Sampai di jalan yang lumayan landai, sebagian penumpang dipersilahkan naik lagi ke mobil. Loh kok Cuma sebagian? Iya karena belum jelas apakah ada kerusakan jadi sementara beban mobil harus dikurangi. Terus yang sebagian lagi kemana?? Naik pick-up pembawa sayur yang kebetulan lewat.. =))
Tapi ternyata dari ‘tanjakan maut’ itu sudah dekat dengan pemberhentian kami berikutnya, Puncak Habibie, suatu tempat di Cisolok – Sukabumi, yang dinamakan demikian karena konon bukit dimana kami berada saat itu adalah milik Bapak BJ Habibie.. hooo.. Di Puncak Habibie berjejer warung2 dimana kita bisa ngopi2 dan nge-mie sambil leyeh2 di balai2 bambu, menunggu sunrise. Pemandangan yang terhampar didepan mata adalah Pantai Cibangban-Pelabuhan Ratu dari atas bukit =)
Saat terang terlihat bahwa jalan yang kami lalui sebelumnya, di ‘tanjakan maut’ dan sekitarnya itu, ternyata dibelakangnya laut dan kanan kirinya perbukitan.. wow!
Akhirnya, setelah 10 jam perjalanan.. sampai di guesthouse..
Belum ke Sawarna kalau belum lewat jembatan gantung. Kalau ke Sawarna tidak menggunakan mobil pribadi, baru sampai pintu gerbang desa saja sudah disambut dengan jembatan gantung yang hanya bisa dilalui oleh orang dan sepeda motor. Karena kami menggunakan mobil pribadi kami tidak lewat situ (eh apa lewat tapi saya ga tau yah? Baru bangun pas sampai depan guesthouse =P) tapi tetap saja kemana2 nanti harus lewat jembatan2 gantung yang lain. Jadi untuk yang takut ketinggian, segeralah temui ahli yang bisa menyembuhkan phobia anda, sungguh saya tidak merekomendasikan untuk tidak mengunjungi Sawarna cuma karena takut jembatan gantung.. =D Setiap melewati jembatan gantung (bolak balik) pengunjung dipungut biaya retribusi Rp. 2000 untuk perbaikan dan perawatan jembatan
Bagian dalam gua Lalay adalah sungai yang mengalir dengan dasarnya lumpur, di beberapa bagian tinggi air mencapai paha, licin bila memakai alas kaki, jadi sebaiknya ditinggalkan di pintu gua saja.. tapi hati2 kalau diambil orang.. *kisah nyata =D* Lumpur yang berasal dari suatu bagian gua sering diambil masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai pupuk, sungai dalam gua itu bening looh..
Memang bukan caver professional, kurang lebih 15 menit menjelajahi gua, semangat untuk menjelajahi gua sudah berkurang, bukan apa2, tapi karena medannya yang semakin sulit, harus naik ke gundukan lumpur yang luicin.. Masih menurut mamang guide, gua ini pernah ditelusuri oleh Mapala UI *uhuk* hingga 2 hari namun belum juga menemukan ujungnya sehingga mereka memutuskan untuk kembali.
Keluar dari gua, kembali ke penginapan, istirahat sebentar sambil nunggu adem buat maen ke pantai.. =)
Jam 2, matahari sudah mulai berkurang moodnya, awan2 pun mulai muncul, saatnya menjemput tujuan saya jauh2 datang kemari,, PANTAI!!
Tujuan pertama kami adalah Pantai Ciantir, pantai pasir putih berombak besar dengan suasana tenang yang membuat bule2 surfer itu rela jauh jauh ke Sawarna. Untuk ke Ciantir dari guesthouse kami harus berjalan kaki, tapi ga sejauh waktu ke Gua Lalay, lewat pematang sawah, perkebunan kelapa, singkong dan ya lagi2 jembatan gantung =D
10 menit berjalan kaki, sampailah kami di Ciantir.. WOWWW!!! All that 10 hours on the road are SO worth it!!!! Pantai.Pasir.Putih…
Satu hal yang susah ditemui di tempat lain adalah, pantai ini sepiiiiiii… it was weekend, tp orang yang saya lihat di pantai (di luar rombongan tur yah) bisa dihitung dengan jari.. bersiiiih sekali, mungkin karena belum banyak orang berkunjung ke sini, jangankan berkunjung, eksistensinya saja banyak yang tidak tau.
Puas main dan foto2, kami meneruskan perjalanan menyusuri pantai, menuju Tanjung Layar yang merupakan landmark dari Sawarna. Kontur pantai Ciantir menuju Tanjung Layar sepertinya semakin banyak karang (dan saya membuktikan hal itu keesokan harinya)
and here it is.. 2 karang besar berbentuk menyerupai layar yang dengan perkasa menahan dahsyatnya hempasan gelombang Samudera Hindia.. Tanjung Layar!! =D
Tanjung Layar konon tempat terbaik untuk melihat sunset di Sawarna, mungkin karena itu tempat ini lebih ramai dibandingkan pantai Ciantir. Eh bukan cuma sunset yang kami dapat, tapi juga pelangi.. =) Disini pasir pantainya lebih kasar, banyak terdapat sisa-sisa terumbu karang yang terbawa ke pantai, dan bebatuan karang.
Berakhirlah petualangan hari ini di Sawarna. Kembali ke guesthouse Ibu pemilik rumah sudah menyiapkan makan malam dengan menu ikan entah apa jenisnya yang pasti besar, sedikit durinya dan hasil tangkapan sendiri.. Enyaaaaaakkk…
What a day!! Kalau masih menjalankan misi-21, saya dapat banyak sekali hal yang New, Awesome dan Sinless hari ini.. Dari mulai matahari terbit hingga terbenam, diakhiri dengan makanan enak dan ketawa-ketiwi dengan teman2 baru.. Life is good.. =)
Ambareeta
…to be continued…
SAWARNA! Dimana Saya Berjalan di Hutan Lalu Belok ke Pantai
Hubungi Kami
RESERVASI SEKARANG
0821-3817-2799 📱 082-333-333-102
@karimunjawaopentrip
📝 Testimoni
Visit Karimunjawa