Sedikit Cerita Dari Karimunjawa
Karimunjawa mungkin hanya sebuah tempat yang biasa saja bagi sebagian orang, karena Raja Ampat lah yang sedang tenar sebagai tempat berkesan. Namun bagiku, tempat itu (Karimunjawa) memberi banyak pengalaman yang mengesankan. Membantu sebuah organisasi yang bergerak di bidang kesejahteraan satwa aku lakoni demi sifat hausku akan pengalaman yang tak habis-habis.
Akhir Maret 2011 aku berangkat bersama teman-teman dekat yang juga merupakan animal rights enthusiast.
Belasan jam kami arungi untuk mencapai kepulauan indah tersebut. Karena ini merupakan pengalaman pertama, aku begitu antusias ketika pertama kali menginjakkan kaki di pulau utama bagian dari kepulauan tersebut, Pulau Karimun, yang merupakan pusat bagi pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Menumbuhkan kesadaran konservasi adalah misi utama yang kami bawa. Karimun adalah daerah berpotensi, pariwisatanya berkembang pesat sejalan dengan perekonomiannya. Kami datang untuk menyadarkan warga yang tidak sadar akan hal tersebut. Ada beberapa kegiatan yang aku dan teman-teman programkan di wilayah tersebut. Bersih pantai kami koordinasi setiap minggu, edukasi tentang konservasi kami lakukan bergantian di sekolah-sekolah, dan juga aksi langsung dalam hal perlindungi satwa. Organisasi yang menaungi kami membuat semacam tempat rehabilitasi bagi Lumbalumba (program utama) dan monyet ekor panjang endemik di wilayah tersebut, juga dibuat tempat penangkaran bagi penyu sisik. Sayangnya, program rehabilitasi Lumbalumba tidak berjalan dengan maksimal. Uang banyak terbuang sia-sia untuk membuat kandang rehabilitasi (sea pen) yang tak kunjung diisi. Pemerintah hanya setengah-setengah dalam membantu. Sedangkan para mafia sirkus sangat keras kepala, enggan menyerahkan Lumbalumba ilegalnya untuk direhab dan dilepas-liarkan. Tak heran, karena inilah Indonesia. Namun, pencapaian maksimal dari program lain sudah cukup menghibur lara kami akan kegagalan program utama. Puluhan monyet yang dipelihara warga berhasil kami kembalikan ke habitat aslinya, juga ratusan tukik (anakan penyu) berhasil kami selamatkan dan bisa berenang bebas di laut menyusul induknya. Kedekatan kami dengan warga setempat juga menambahkan kesan mendalam. Kami menyewa sebuah resort untuk dijadikan basecamp di Pulau Kemujan, sangat berdekatan dengan Pulau Karimun karena hanya dibatasi oleh terusan sempit mirip anakan sungai. Anak-anak kecil di sekitar basecamp selalu menemani kami ketika senggang, kami suka beradu ketangkasan dalam berenang dan menyelam di laut. Orang tua mereka pun tak kalah ramah, ada beberapa yang sering mampir dan berbagi cerita dengan kami ketika baru pulang dari melaut. Tak disangka, tiga bulan ternyata telah dilalui begitu saja, terkesan singkat karena berjalan sekejap. Minggu kedua Juni 2011 aku dan teman-temanku akhirnya pulang ke Jogja diiringi perasaan haru karena harus meninggalkan sahabat-sahabat baru.
sekitarnya. Menumbuhkan kesadaran konservasi adalah misi utama yang kami bawa. Karimun adalah daerah berpotensi, pariwisatanya berkembang pesat sejalan dengan perekonomiannya. Kami datang untuk menyadarkan warga yang tidak sadar akan hal tersebut. Ada beberapa kegiatan yang aku dan teman-teman programkan di wilayah tersebut. Bersih pantai kami koordinasi setiap minggu, edukasi tentang konservasi kami lakukan bergantian di sekolah-sekolah, dan juga aksi langsung dalam hal perlindungi satwa. Organisasi yang menaungi kami membuat semacam tempat rehabilitasi bagi Lumbalumba (program utama) dan monyet ekor panjang endemik di wilayah tersebut, juga dibuat tempat penangkaran bagi penyu sisik. Sayangnya, program rehabilitasi Lumbalumba tidak berjalan dengan maksimal. Uang banyak terbuang sia-sia untuk membuat kandang rehabilitasi (sea pen) yang tak kunjung diisi. Pemerintah hanya setengah-setengah dalam membantu. Sedangkan para mafia sirkus sangat keras kepala, enggan menyerahkan Lumbalumba ilegalnya untuk direhab dan dilepas-liarkan. Tak heran, karena inilah Indonesia. Namun, pencapaian maksimal dari program lain sudah cukup menghibur lara kami akan kegagalan program utama. Puluhan monyet yang dipelihara warga berhasil kami kembalikan ke habitat aslinya, juga ratusan tukik (anakan penyu) berhasil kami selamatkan dan bisa berenang bebas di laut menyusul induknya. Kedekatan kami dengan warga setempat juga menambahkan kesan mendalam. Kami menyewa sebuah resort untuk dijadikan basecamp di Pulau Kemujan, sangat berdekatan dengan Pulau Karimun karena hanya dibatasi oleh terusan sempit mirip anakan sungai. Anak-anak kecil di sekitar basecamp selalu menemani kami ketika senggang, kami suka beradu ketangkasan dalam berenang dan menyelam di laut. Orang tua mereka pun tak kalah ramah, ada beberapa yang sering mampir dan berbagi cerita dengan kami ketika baru pulang dari melaut. Tak disangka, tiga bulan ternyata telah dilalui begitu saja, terkesan singkat karena berjalan sekejap. Minggu kedua Juni 2011 aku dan teman-temanku akhirnya pulang ke Jogja diiringi perasaan haru karena harus meninggalkan sahabat-sahabat baru.
Hubungi Kami
RESERVASI SEKARANG
0821-3817-2799 📱 082-333-333-102
@karimunjawaopentrip
📝 Testimoni
Visit Karimunjawa