Karimunjawa, kesanalah saya beberapa bulan yang lalu.
Seringkali ditanya kalau liburan lebih suka ke gunung atau ke pantai? Jawaban
saya selalu berubah-ubah. Dan kali ini sungguh saya suka pantai.
Karimunjawa membuat saya
berpikir bahwa itu ada di dunia lain, Karimunjawa seperti bukan bagian dari
Jawa Tengah, Karimunjawa itu ada di dunia antah berantah. Alamnya yang masih
bersih, air lautnya yang bening, pasir putihnya, penduduknya yang ramah. Belum
ada pedagang kaki lima yang ramai menyongsong wisatawan seperti di
tempat-tempat wisata pada umumnya. Dan listrik pun hanya menyala dari jam 5
sore sampai jam 6 pagi. (Di Jawa ada gitu lho yang listriknya belum 24 jam..
gimana saya nggak bilang ini adalah tempat antah berantah.)
Saya tidak bohong, lautnya
benar-benar indah. Ada disatu saat, sewaktu perahu kami hendak pulang ke pulau
tempat kami menginap, kami berada di tengah-tengah laut dan matahari mulai
terbenam. Tak ada satupun teman seperjalanan kami berani bersuara, hanya laut
yang maha luas dan semburat jingga, biru, merah di horizon. Suara air laut
tiba-tiba jadi syahdu bercampur dengan suara perahu, angin laut yang mulai
dingin rasanya membawa terbang tubuh, hanya tinggal tersisa jiwa dan pikiran
mengapung dengan haru dan syukur pada kemahabesaran yang kuasa. Saat itu justru
saat paling favorit dari perjalanan saya.
Snorkeling, menikmati pemandangan bawah laut juga menyenangkan,
saya tidak bisa berenang dan sempat terbawa suasana melihat pemandangan bawah
laut yang indah itu hingga terbawa agak jauh dari perahu. Panik juga sih waktu
sadar, hahaha sampai-sampai harus dibantuin Adhi ke perahu lagi. Thank you ya Dhi, you have know idea how grateful I am
Di pulau tengah, atau di pulau
kecil, entah saya lupa namanya, kami makan siang berlauk ikan bakar segar. Bukan
segar ala supermarket, tapi benar-benar segar baru beberapa menit yang lalu ditangkap.
Sementara ikan dibakar kami (Mas Iqbal & istri, Adhi, Ali, dan saya)
berkeliling pulau dan menemukan satu sisi yang benar-benar hanya kami berlima
ada di sana, serasa pantai itu hanya dihuni kami saja. Kalau saya masih SD,
pasti saya akan duduk dan berimajinasi kami ini bak Lima Sekawan terdampar di
pulau tak berpenghuni di mana sebentar lagi akan ada putri kerajaan Inggris
yang disembunyikan di pulau itu dan kami berlima akan bertualang
menyelamatkannya. Untunglah saya bukan anak SD lagi. Tapi kami berhasil berfoto
bersama dengan memakai tripot, karena memang tak ada orang lain yang bisa
diminta tolong. How do we look?
Saya tipe orang yang biasanya akan merasa tak enak badan ketika traveling. Dan justru karenanya saya tahu apa saja yang mesti saya bawa supaya lebih nyaman, bagaimanapun jalan-jalan itu adalah kemewahan yang nggak sanggup saya tolak. Tangan saya memar, kaki saya juga ada yang memar entah karena apa. Kulit jadi gosong sudah jelas. Dan saya melewatkan sunrise di hari terakhir, gara-gara saya nggak mau memaksakan badan saya jadi sakit trus jadi malah merepotkan orang lain. Tapi saya nggak menyesal membuat keputusan pergi ke Karimun Jawa hari itu. Saya ingin mengulanginya lagi suatu hari ke Karimun Jawa, a little paradise on earth.
Saya tipe orang yang biasanya akan merasa tak enak badan ketika traveling. Dan justru karenanya saya tahu apa saja yang mesti saya bawa supaya lebih nyaman, bagaimanapun jalan-jalan itu adalah kemewahan yang nggak sanggup saya tolak. Tangan saya memar, kaki saya juga ada yang memar entah karena apa. Kulit jadi gosong sudah jelas. Dan saya melewatkan sunrise di hari terakhir, gara-gara saya nggak mau memaksakan badan saya jadi sakit trus jadi malah merepotkan orang lain. Tapi saya nggak menyesal membuat keputusan pergi ke Karimun Jawa hari itu. Saya ingin mengulanginya lagi suatu hari ke Karimun Jawa, a little paradise on earth.
Hubungi Kami
RESERVASI SEKARANG
0821-3817-2799 📱 082-333-333-102
@karimunjawaopentrip
📝 Testimoni
Visit Karimunjawa